SuaraJakarta.co, JAKARTA – Manager Riset dan Analisis Data Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Deslakno Wisnu Hanjagi menuturkan masyarakat Indonesia lebih cenderung memilih pangan asing daripada pangan lokal.
Padahal, sistem pangan lokal, tambah Deslakno, memberikan beberapa keunggulan dibandingkan pasar konvensional, termasuk manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sehingga, pembelian produk lokal dapat memperkuat perekonomian regional, mendukung ketahanan keluarga, dan menyediakan makanan yang sehat.
Demikian disampaikan Deslakno dalam rangka Kampanye Go Pangan Lokal 2015 yang telah dimulai pada awal Mei 2015 dan berakhir pada puncaknya, Minggu (18/10) yang diadakan oleh MITI.
“Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Klaster Mahasiswa kembali menggalakkan Go Pangan Lokal 2015, setelah komunitas resmi dibentuk pada 2013, untuk mengajak masyarakat kembali mencintai pangan lokal khas Indonesia dari hasil bumi Indonesia,” tutur Deslakno dalam siaran pers kepada suarajakarta.co, minggu (18/10).
Kecenderungan masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi pangan asing tersebut tercermin dari hasil riset yang telah dilakukan oleh MITI semenjak tahun 2013.
“Pada awal tahun 2013, MITI membuat sebuah riset survey mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen waralaba restoran lokal dan asing. Riset ini dilakukan di empat kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta dengan melibatkan total 500 responden,” jelas Deslakno.
Riset ini, tambah Deslakno, bermula dari sebuah kajian dan diskusi mengenai fenomena impor khusunya pangan yang terjadi di Indonesia, dilihat dari jumlah net impor pangan pertahun. Hasil riset preferensi konsumen menunjukkan konsumen waralaba asing memliki pelanggan lebih banyak dari restoran waralaba lokal.
“Hasil analisis data tim Kajian MITI memperlihatkan frekuensi kunjungan responden restoran waralaba lokal yang lebih dari lima kali dalam sebulan hanya 38,4%, sedangkan responden restoran waralaba asing berkunjung lebih dari lima kali sebulan (72,4%). Hal ini berarti restoran waralaba asing mempunyai konsumen yang setia lebih banyak dibanding waralaba lokal,” tambah Deslakno.
“Temuan ini sejalan dengan realita yang ada sekarang, yakni bisnis franchise restoran asing yang memang lebih bergeliat dibanding waralaba lokal. Hal ini dipengaruhi restoran waralaba asing memiliki konsumen yang lebih loyal dilihat dari frekuensi kunjungannya,”<. Rangkaian Kampanye Go Pangan Lokal 2015 sebelumnya telah dimulai pada awal Mei 2015 dan berakhir pada puncak Local Food Day 2015, Minggu (18/10), alam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia serentak di 10 kota besar di Indonesia. Kota-kota yang menyelenggarakan Local Food Day 2015 yaitu, Jakarta, Medan, Riau, Makassar, Semarang, Bengkulu, Yogyakarta, Kendari, Palangkaraya, dan Gorontalo dengan mengusung tema “Indonesian Local Food, International Best Food Products”.
Go Pangan Lokal 2015 merangkul berbagai lembaga untuk bekerjasama mendukung pangan lokal seperti Dompet Dhuafa, Indonesia Bangun Desa, Banten Bangun Desa, Gerakan Cinta Anak Tani, Edukasi Gizi, Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia, Youth Food Movement, Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia, Serikat Petani Indonesia, Kementerian Pertanian RI, Dinas Pertanian Daerah, Badan Pengkajian dan Teknologi Pertanian Daerah, Badan Ketahanan Pangan Daerah, Komunitas Pecinta Anak Jalanan Makassar, Makassar Berkebun, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia dan banyak lembaga lainnya untuk bersingergi mempromosikan pangan lokal Indonesia.
Gerakan kampanye ini juga dilakukan melalui media sosial dan aksi simpatik di jalan untuk mengajak masyarakat setempat. Talkshow outdoor dengan beberapa praktisi, akademisi dan penggiat produk pangan lokal dalam rangka sosialisasi dan informasi terkait manfaat produk pangan lokal, serta gerai pangan lokal untuk memperkenalkan aneka ragam produk pangan lokal nusantara.
Go Pangan Lokal 2015 juga bekerjasama secara masif dengan melibatkan beberapa universitas, seperti Universitas Indonesia, IPB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UGM, UPI Bandung, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan sebagainya; juga didukung oleh Kementerian Pertanian RI dan Sekretaris Kabinet RI.
“Semua ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengkonsumsi dan membeli produk dari produsen yang dapat berupa pengusaha dan UKM yang memiliki basis pangan lokal untuk menuju Indonesia mandiri,” tutup Deslakno.