SuaraJakarta.co, JAKARTA – Nama Ananda Sukarlan telah menjadi buah bibir publik. Pasalnya, ia diduga telah melakukan pelecahan terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan di acara 90 tahun Kolese Kanisius.
Pelecehan tersebut berupa aksi Walk-Out (WO) saat Gubernur Anies sedang berpidato di hadapan sivitas akademika Kolese Kanisius. Sebagai komponis dan pianis berprestasi, dalam momen itu, Ananda Sukarlan hadir bersama empat orang alumni Kolese Kanisius lainnya untuk menerima penghargaan.
Empat orang lainnya adalah Derianto Kusuma (pendiri Traveloka), Romo Magnis Suseno (tokoh Jesuit), Irwan Ismaun Soenggono (tokoh pembina Pramuka) dan Dr. Boenjamin Setiawan (pendiri Kalbe Farma).
Meskipun sejauh ini belum diketahui apakah Derianto Kusuma ikut ambil sikap seperti Ananda Sukarlan yang melakukan WO, namun imbasnya warganet turut serta menghakimi perusahaan Traveloka yang dipimpin oleh Derianto Kusuma tersebut.
Pasalnya, Derianto Kusuma ikut pula memberikan aplaus sangat meriah kepada Ananda Sukarlan, pasca sampaikan pidato yang berisikan penolakan terhadap Gubernur Anies dalam momen penting tersebut.
Hal itu dinilai netizen sebagi sikap setuju dan mendukung dengan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Ananda Sukarlan. Para netizen spontan melalui media sosial berteriak “Lo Jual Gue Beli” dan aksi realnya adalah pada aksi #Boycot Traveloka atau Delete – UnInstall Traveloka.
Derianto Kusuma sendiri merupakan salah satu orang yang sangat berpengaruh pada perusahaan reservasi tiket, Traveloka. Derianto Kusuma adalah salah satu dari tiga pendiri Traveloka.
Ribuan netizen menyambut seruan #Boycot Traveloka dengan UnInstall / Delete, terpantau seruan itu sudah dibagi oleh hampir 2000 warganet dengan rata-rata netizen memberikan komen “done” yang maksudnya adalah sudah melakukan aksi Delete/ UnInstall Traveloka dari gawai mereka.
Di sisi lain, salah satu penerima penghargaan lainnya Romo Franz Magnis Suseno mengatakan, sikap Ananda Sukarlan mempertajam permusuhan di Indonesia.
Romo Franz sangat marah dan kecewa atas sikap Ananda Sukarlan terhadap Gubernur DKI pada perayaan Kanisius itu.
“Menurut saya memalukan dan sangat saya sesalkan. Yaitu, begitu Gubernur bicara, sebagian besar hadirin, mengikuti Bapak Ananda Sukarlan, meninggalkan ruang. Andaikata Gubernur mengatakan sesuatu yang tidak senonoh/jahat/menghina, walkout dapat dibenarkan. Tetapi walkout kemarin menunjukkan permusuhan terhadap pribadi Gubernur merupakan suatu penghinaan publik. Kok bisa? Di negara mana pun, di luar pertemuan polltik, hal itu jarang terjadi,” ujar Romo Franz.(EDI)