Suarajakarta.co, JAKARTA – Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I tahun 2015 ini, menurut lembaga keuangan internasional, IMF, tidak akan berjalan lama. Pasalnya, perlambatan tersebut hanyalah karena persoalan ekonomi global, khususnya dari Negara China dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam kuartal I ini, ekonomi China hanya tumbuh 7 persen dari periode yang sama, yaitu 7,4 persen (yoy). Sedangkan, Singapura merosot tajam pertumbuhan ekonominya: dari 4,9 persen menurun menjadi 2,1 persen.
Tiga Modal Ekonomi Indonesia
IMF memberikan angin segar kepada Indonesia bahwa perekonomian Indonesia akan segera pulih di kuartal II ini. Dikutip dari Harian Republika, Senin (25/5), Deputi Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, Kalpana Kochar, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki, setidaknya, 3 (tiga) modal bagus untuk pulih perekonomiannya.
Pertama, Indonesia memiliki anggaran belanja pemerintah yang besar untuk membangun infrastruktur. Hal ini dikarenakan akan terjadi trickle down effect atau aktivitas ekonomi yang akan dinikmati oleh banyak masyarakat. Resep jitu tersebut itulah yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia dalam menaikkan anggaran belanja infrastruktur sebanyak Rp 100 triliun di APBN 2015 dibandingkan di era SBY yang berjumlah Rp 290,3 triliun.
Kedua, Indonesia memiliki iklim investasi yang sudah cukup baik, yang ditunjukkan salah satunya dengan adanya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang sangat bermanfaat untuk menghadirkan investasi, baik dari asing maupun domestik.
Ketiga, dan ini yang paling penting karena tidak dimiliki oleh banyak negara maju ialah Bonus Demografi dimana usia produktifnya lebih banyak dibandingkan usia tidak produktif. Sehingga, usia produktif diharapkan dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan cara meningkatkan produktivitas.
“Jadi, Indonesia sebenarnya sudah punya modal untuk mengejar pertumbuhan ekonomi”, katanya kepada wartawan saat berdiskusi dengan para awak media di Bank Indonesia.