SuaraJakarta.co, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan buku literasi keuangan tingkat sekolah menengah pertama yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat pemahaman keuangan dan mendorong keuangan inklusif di seluruh masyarakat Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad saat peluncuran buku tersebut di SMP Lab School, Jakarta, Senin, mengatakan saat ini pemahaman akses keuangan telah menjadi kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat, karena menjadi unsur penting untuk menggerakkan “roda” perekonomian.
“20 tahun lalu, bangsa kita masih ‘struggling’ (berjuang) untuk melek huruf. Sekarang ada kepentingan lain, terutama karena kita berada di tengah percaturan ekonomi global, yakni untuk meningkatkan literasi keuangan,” kata Muliaman.
Menurut survei OJK pada 2013, ketika lembaga itu mulai beroperasi, tingkat literasi keuangan di Indonesia baru sekitar 21,8 persen dengan tingkat inklusi 59,7 persen, atau masih tertinggal dengan beberapa negara di Asia Tenggara.
Muliaman menuturkan, rendahnya literasi keuangan di masyarakat Indonesia juga telah memicu tidak meratanya akses atau penggunaan produk dan jasa keuangan di Indonesia.
Maka dari itu, pengguna produk dan jasa keuangan di Indonesia lebih banyak didominasi oleh kalangan masyarakat menengah dan menengah ke atas, yang memang terfasilitasi untuk mendapatkan pemahaman keuangan.
“Seharusnya tidak ada ekslusivitas keuangan, tapi harus mendorong inklusivitas keuangan di seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” ujar dia.
Peningkatan pemahaman keuangan yang menyeluruh dianggap perlu untuk juga dilakukan kepada siswa – siswi sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dikarenakan jumlah populasinya yang mencapai 37,7 juta jiwa di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Muliaman, terdapat dua pendekatan yang akan dilakukan OJK untuk meningkatkan literasi keuangan dengan sasaran pelajat, yakni, pertama, mendorong pendidikan jasa keuangan untuk masuk kurikulum pendidikan.
Kedua, OJK dan pemangku kepentingan lainnya akan melatih guru dan tenaga pendidik lainnya mengenai materi jasa keuangan agar mendapat pemahaman secara menyeluruh.
Sebelum peluncuran buku yang berjudul “Mengenal Otoritas Jasa Keuangan dan Industri Jasa Keuangan” untuk tingkat SMP itu, OJK telah meluncurkan buku dengan judul serupa di tingkat SMA pada 2014.
“Ke depannya, kita sedang susun buku untuk Sekolah Dasar,” kata Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Kusumaningtuti Setiono.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, di kesempatan yang sama, meminta buku literasi keuangan untuk berbagai jenjang harus disebarkan ke seluruh pelosok wilayah di Indonesia.
“Buku-buku ini penting, karena sejalan dengan upaya kami agar pendidikan dapat mengarahkan anak-anak Indonesia untuk dapat meraih cita-citanya di dimana saja, bukan hanya di kota besar,” kata Anies.
Beriringan dengan itu, Anies juga meminta OJK dan industri jasa keuangan untuk melatih para guru mengenai materi dan jasa keuangan sehingga, guru dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi pendidikan jasa keuangan ke murid.