SuaraJakarta.co, DEPOK – Kaum penyandang disabilitas kerap kali mendapatkan perilaku diskriminasi dan tergeser dari masyarakat serta hidup dalam kemiskinan. Akhirnya tak jarang dari mereka yang hidupnya “Tumbang Sebelum Berperang” patah semangat hingga memilih menjadi peminta-minta.
Namun hal ini tidak berlaku bagi Gingin. Pria asal Pandeglang Banten ini dulunya adalah seorang mustahik (sebutan untuk golongan yang berhak menerima bantuan dana zakat) yang hanya memiliki satu lengan dan sering meminta bantuan ke Kantor MM (Menuju Mandiri) Al Azhar Peduli Ummat di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta. Kini ia telah sukses menjadi jutawan dan motivator.
Sekitar tahun 2010 lalu Gingin masih berjualan asongan di daerah Jakarta. Karena tak ada kerabat dekat, saat mengalami permasalahan ekonomi ia meminta bantuan ke Kantor MM Al Azhar Peduli Ummat. Tak hanya sekali dua kali, ia sering kembali lagi meminta bantuan dengan alasan yang berbeda-beda seolah-olah menjual kekurangan fisik yang dialaminya.
Suatu hari ia kembali mengajukan bantuan dengan membawa serta anak dan istrinya. Berharap mendapat bantuan uang banyak Tim MM justru hanya memberinya uang sebesar Rp 20ribu karena dia sudah terlalu sering datang. Akhirnya, Ahmad yang saat itu bertugas, memberikan motivasi kepada Gingin, bahwa siapapun bisa maju dan ukses asal ada kemauan kuat. “Silahkan Bapak pulang ke kampung halaman dan cari potensi alam yang ada di daerah Bapak, jika sudah ditemukan silahkan kembali lagi ke Al Azhar,” ujar Ahmad.
Mendengar kata motivasi yang membakar semangatnya ia kemudian memutuskan untuk segera pulang ke Pandeglang memboyong serta istri dan anaknya. Selama di perjalanan dia terus berpikir apa yang harus dikerjakannya agar maju dan mandiri. Akhirnya ia pun menemukan peluang usaha budidaya madu klanceng di desanya.
Gingin kemudian menjalankan budidaya madu klanceng di kampung halamannya di Kampung Gardu Tanjak, Pandeglang, Banten karena madu klanceng atau madu trigona tergolong mahal sebab di Indonesia belum banyak yang membudidayakannya. Dalam menjalankannya Tim dari APU terus memberikan pendampingan dan monitoring serta motivasi dan solusi dalam modal. Selang beberapa tahun bergulir, Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Budidaya madu klanceng yang dijalaninya terus berkembang pesat dan Gingin tengah fokus memperluas jaringan pemasaran dan meningkatkan jumlah produksi.
Pak Gingin kini juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengelola madu kelanceng. Ia juga mengembangkan HIPEC (Himpunan Penyandang Cacat) yang menjadi cita-citanya untuk memberdayakan para kaum disabilitas. Tak hanya itu Pak Gingin juga dipercaya Pemda Banten untuk menjadi trainer dan motivator dalam berbagai pelatihan.
Berkat keuletan dan kesabarannya kini ia sudah mempunyai dua buah rumah dan beberapa kendaraan pribadi. Rumah lamanya telah diwakafkan menjadi Saung Pintar sebagai wadah peningkatan kapasitas masyarakat dalam pertanian madu kelanceng dan pembelajaran berorganisasi bagi remaja di Pandeglang. Kendaraan pribadi miliknya juga pernah dibawa ke kantor APU yang ada di Sawangan-Depok.