SuaraJakarta.co, Jakarta – Di tengah kesibukannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo masih menyempatkan diri menemui para pembuat dodol Betawi di kawasan Condet Batuampar, Kramatjati, Jakarta Timur, Kamis (16/8).
Seperti diketahui, dodol Betawi merupakan salah satu kue tradisional nusantara yang biasanya disajikan warga Jakarta saat pesta pernikahan atau saat merayakan lebaran.
Tak tanggung-tanggung, dalam kunjungannnya, Fauzi Bowo memborong sebanyak 30 loyang dodol Betawi. Bahkan, orang nomor satu di Pemprov DKI Jakarta ini tanpa canggung tampak asyik mengaduk-aduk dodol yang terdapat di kuali berukuran besar di dapur Dodol Betawi milik Hj Mamas (70), warga Jl Batuampar I RT 13/04 Batuampar.
Saat mengaduk dodol yang tengah di masak, Fauzi pun tampak lihai mengaduk-aduk kue tradisional tersebut. “Kalau jadi orang Betawi ya harus bisa ngaduk dodol seperti saya ini. Tekniknya memang mudah, tapi tidak semua orang mampu. Dodol ini penting karena tradisi orang Betawi yang mesti dilanjutkan. Apalagi menjelang lebaran seperti saat ini, dodol biasanya dijadikan sebagai makanan untuk dibagikan atau diantar ke tetangga dan saudara-saudara,” ujar Fauzi Bowo sambil terus mengaduk dodol.
Dikatakan Fauzi, dodol Betawi merupakan salah satu kuliner asli Betawi. Kue yang satu ini, katanya, sudah ada sejak dulu warisan orang tua dulu. Karenanya, pada kesempatan itu, Fauzi meminta agar Hj Mamas serta para produsen dodol Betawi untuk terus melestarikan kuliner khas Betawi yang satu ini. Terlebih, dodo Betawi juga dikenal sebagai makanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Hj Mamas, pemilik dapur dodol Betawi mengatakan, selama Ramadhan, omset penjualan dodol Betawi miliknya meningkat tajam. Jika hari biasa ia hanya memproduksi tiga loyang berukuran besar, maka saat Ramadhan bisa memproduksi hingga 35 loyang.
“Setiap mau lebaran, pesanan dodol memang banyak. Sehingga produksinya pun harus ditingkatkan. Selain dodol asli Betawi, kami juga menyediakan dodol rasa durian dan ketan hitam,” katanya.
Untuk dodol ukuran satu loyang mini, dijual Hj Mamas seharga Rp. 55 ribu hingga Rp. 65 ribu. Ia mengaku, usaha ini sudah digelutinya sejak tahun 1971 lalu dan sudah turun temurun meneruskan usaha keluarganya.