SuaraJakarta.co, JAKARTA – Aksi Damai Bela Islam pada Jum’at (4/11/2014) yang digelar di istana presiden sempat diwarnai kericuhan. Adu fisik antara massa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan aparat kepolisian tak terhindarkan.
SNH Advocacy Center meminta pertanggung jawaban Jokowi selaku Presiden yang tidak mau menerima utusan dari para peserta aksi.
“Kalau diterima dengan baik-baik, tidak akan terjadi adu fisik,” kata Sylvi pada saat dihubungi melalui saluran telepon.
Sylvi yang berada di lokasi kejadian menceritakan, bahwa awal mula terjadinya bentrok fisik setelah pihak kepolisian menembakan gas air mata ke arah para peserta aksi.
“Sebelumnya memang ada gesekan, tapi telah selesai, tiba-tiba polisi menembakan gas air mata ke arah kami,” kata Sylvi advokat yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI.
Tampak di lokasi banyak korban yang terkena gas air mata, termasuk K.H. Bachtiar Nasir.
“Sedari awal sudah kami sampaikan aksi ini aksi damai, pemegang komando para alim ulama, kami akan melakukan klarifikasi atas malprosedur pihak kepolisian yang menembakan gas air mata ke peserta aksi,” tegas Sylvi.