SuaraJakarta.co, AUSTRALIA – Di tengah meningkatnya tren Islamophobia di Barat, seorang wanita non-Muslim Australia dipuji karena membela seorang Muslimah di atas kereta api. Wanita tersebut bernama Stacey Aden, dan merupakan aktivis antikekerasan dan kekerasan agama yang membela Muslimah di atas kereta api tersebut.
Baginya, jilbab merupakan pakaian Muslim yang layak dihormati. Oleh sebab itu, dia menolak tindakan diskriminasi terhadap Muslimah yang mengenakan jilbab.
Peristiwa ini terjadi pada Rabu (15/4) waktu setempat ketika seorang wanita tua menegur dengan kasar seorang Muslimah berjilbab di atas kereta api. Muslimah tersebut disindir karena jilbabnya. Bahkan, dia mengatakan Muslim adalah ISIS yang membunuhi orang-orang tidak bersalah.
“Anak-anak Anda memenggal kepala orang di Suriah. Baca koran, 148 orang, Kristen, dibunuh di Kenya. Mereka saling membunuh di Suriah,” ujar wanita tua tersebut kepada Muslimah.
Mendengar ucapan tersebut, Aden pun segera menegurnya. Dialog ini direkam oleh Aden dan diunggahnya ke laman Facebooknya.
“Jangan duduk di sana melecehkan seseorang yang tidak ada hubungannya dengan itu. Berilah rasa hormat. Jika Anda tidak bisa berkata baik, maka diamlah,” kata Aden seperti dikutip dari Onislam.net.
Aden kemudian meminta wanita tua tersebut untuk tidak mengganggu Muslimah yang tidak disebutkan namanya tersebut.
Dia merupakan salah satu warga Australia yang menolak tindakan diskriminatif terhadap Islam. Sebuah studi baru-baru ini menyebutkan Islamophobia semakin meningkat di negara tersebut karena mayoritas warga Australia melihat Islam sebagai ancaman kehidupan mereka.
Muslim telah berada di Australia sejak 200 tahun lalu. Jumlahnya diprediksi sebanyak 1,7 persen dari total populasi. Sejak peristiwa Black September di Amerika, muslim Australia mendapatkan tindakan kekerasan dan diskriminatif. Mereka dihantui kecurigaan dan dipertanyakan tentang patriotisme mereka terhadap Australia. (*)
sumber: onislam.net