Nase’ Serpang: Nasi Campur Rasa Rame ala Bangkalan

Apa makanan melegenda dari kampung halaman anda?

Di kampung halaman saya: Bangkalan pulau Madura, ada kuliner yang beberapa tahun ini melegenda: Bebek Sinjay! ‘Musim bebek’ ini mulai merambah belantara Jakarta juga, sebab di banyak pojokan PKL, sudah mulai banyak penjual dengan gerobak PKL bertulisan: Nasi Bebek Madura. Lalu, apa kerennya bebek sinjay? Ini adalah bebek goreng yang diolah dengan rempah pedas, sehingga remah-remah pedas gurihnya rasanya juara ketika dimakan bersama nasi hangat. Satu lagi yang juara: Sambal mangga mudanya. Sambal yang ngangeni, karena mirip banget dengan sambal mangga buatan ibu saya.

Bebek pada dasarnya bukan makanan khas seluruh suku Madura. Menurut seorang kakak ipar saya, olahan berbahan bebek memang makanan khas penduduk Burneh, satu kecamatan yang berada di timur kota Bangkalan. Masyarakat Burneh mengolah bebek menjadi berbagai jenis masakan: Dibakar, dimasak opor (tentu saja bumbu opor ala Madura yang pedas, dan sangat berbeda dengan opor Jawa), digoreng, hingga dikuah santan. Begitulah..

Lha, terus ini gambar apa? Hehe..ini memang bukan gambar kuliner berbahan bebek. Ini kuliner khas Bangkalan, yang hanya ada pada pagi hari saja, hanya bisa jadi menu sarapan. Ini adalah nase’ serpang. Nase’ adalah nasi dalam bahasa Madura. Serpang adalah nama sebuah desa di kecamatan Arosbaya, sebuah kecamatan di sebelah utara kota Bangkalan. Konon, dahulu warga desa Serpang berjualan nasi campur bungkus tersebut di pinggir jalan, lalu mereka mulai berjualan di kota Bangkalan. Sampai saat ini, sebutan desa Serpang menjadi nama populer untuk nasi campur dengan berbagai lauk tersebut: Nase’ Serpang.

Nase’ serpang adalah sejenis nasi campur, dengan lauk wajib antara lain: soun goreng, potongan telur bulet (separuh atau sepertiga potong, telur asin), serundeng kelapa, rempeyek teri atau kacang, sambal terasi dan lauk lain. Ada beberapa penjual yang menambahkan potongan kecil pepes tongkol bumbu merah, dendeng kering paru, daging sapi didendeng atau goreng, sambel goreng kerang, dan keripik rambak (kulit) yang dimasak bumbu rujak pedas yang kental. Yang jelas, masing-masing lauk ditambahkan dalam jumlah kecil, disatukan dalam nasi bungkus. Rame ya?

Rasanya? Juara dan ngangenin! Perantau asal Madura jika pulang kampung ke Bangkalan, wajib menyertakan nase’ serpang ke dalam daftar Must try-nya. Tidak pulang kampung namanya kalau belum mencoba sarapan nase’ serpang.

Penjual nase’ serpang rata-rata berjualan di spot pinggir jalan tertentu kota kami, sebagai PKL di depan toko Busana Indah, di daerah Jing-enjing, juga di depan pasar Baru. Namun ada juga yang berjualan keliling dengan motor, dengan nase’ sudah terbungkus rapi, tinggal dibeli. Penjual seperti ini biasanya tidak hanya membawa nase’ serpang, tapi juga nasi bebek, dan menu sarapan khas Bangkalan lain. Makanan rakyat lah.

Sebungkus nase’ serpang dihargai 12 hingga 15 ribu sebungkus. Sarapan yang padat memang, dengan kandungan protein hewani dan nabati. Sebenarnya, kurang serat juga, ya, memang begitu pola makan penduduk Madura asli: tidak begitu menyukai sayuran. Tidak seperti orang Sunda yang selalu menyertakan lalapan di segala menunya, atau wong Jowo yang menjadikan berbagai jenis dedaunan untuk direbus dan dimakan dengan bumbu pecel.

Oiya, nasi campur ala Bangkalan ini, sebut juga saja begitu, akan libur selama bulan Ramadhan. Dan hebatnya, dia akan berjualan kembali pada hari kedua lebaran. Maklum, sebulan libur berjualan sudah cukup membuat para penjualnya bosan menganggur. Maka, lepas Ramadhan, mereka bergegas aktif buka warung kembali. Dan memang pada waktu yang sama, para penggemar nase’ serpang sudah rindu, sebab sebulan penuh tak berjumpa nasi campur ala Bangkalan itu. Wajarlah, jika hari pertama berjualan kembali itu, banyak pembeli yang harus rela antri panjang.

Ok. Jangan lupa mencicipi nasi campur unik ini ya kalau mengunjungi kota Bangkalan. Selamat mencoba!

Penulis: Sari Kusuma
Foto: Hoirur Roziqin

Related Articles

Latest Articles