SuaraJakarta.co, JAKARTA – Mimisan, atau dikenal juga dengan epistaksis, adalah keluarnya darah dari hidung. Ia bukanlah sebuah penyakit melainkan sebuah keluhan atau gejala. Pendarahan pada hidung (mimisan) ataupun pendarahan di tempat lain, yang bukan terjadi karena benturan benda tumpul ataupun benda tajam, memiliki tiga kemungkinan penyebab.
Pertama, terjadi karena ada gangguan dari pembuluh darah, misalnya dinding pembuluh darah yang terlampau tipis sehingga hanya dengan benturan yang ringan, bersin, atau mengeluarkan ingus dengan cukup bertenaga, atau bahkan hanya dengan sekedar mengorek lubang hidung pun dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah pada hidung sehingga mimisan pun akan terjadi.
Kedua, terjadi karena gangguan pada sel keping darah atau trombosit yang berperan penting dalam proses pembekuan darah, dimana ketika sel keping darah bermasalah maka proses pembekuan darah pun akan terganggu. Sehingga apabila terbentuk sedikit saja luka maka akan mudah terjadi perdarahan yang sukar terhenti, karena bermasalahnya sel keping darah menyebabkan proses normal tubuh untuk menghentikan pendarahan menjadi bermasalah pula.
Ketiga, terjadi karena gangguan pada faktor-faktor pembekuan darah lainnya.
Penyakit atau masalah yang menyebabkannya pun beragam. Mimisan bisa terjadi hanya karena sekedar kurangnya asupan nutrisi (terutama vitamin K yang merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembekuan darah), benturan, kelainan jantung dan pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), infeksi lokal (infeksi setempat) pada hidung seperti rinitis (radang pada hidung) ataupun infeksi sistemik (infeksi yang meluas) seperti demam berdarah, kelainan darah seperti kanker darah (leukimia), penyakit turunan seperti hemofilia, kelainan sistem imun tubuh seperti penyakit lupus, serta penyakit keganasan seperti kanker.
Dan penanganan ketika mimisan terjadi pun ada caranya tersendiri, karena bila tidak ditangani dengan benar bahkan darah segar yang keluar itu bisa membahayakan jiwa kita. Kenapa?
Seperti makanan yang masuk dari mulut ke lambung melalui kerongkongan (saluran pencernaan), udara yang masuk dari hidung ke paru-paru melalui tenggorokan (saluran pernafasan) pun sebelum masuk ke lambung atau paru-paru sempat bertemu di satu saluran yang sama yang bernama orofaring. Nah, untuk memastikan bahwa makanan dan udara tidak “salah masuk” (dimana makanan seharusnya masuk ke kerongkongan sedangkan udara masuk ke tenggorokan), ada sebuah katup cerdas yang bernama epiglotis yang berperan penting agar udara ataupun makanan tidak berakhir di tempat yang salah karena salah masuk.
Contohnya, ketika makanan yang sudah dikunyah dari mulut akan kita telan, dengan segera epiglotis akan menutup permukaan atas tenggorokan sehingga makanan tidak akan salah masuk ke paru-paru tetapi terarahkan untuk masuk ke kerongkongan dan mankanan pun akan menuju lambung untuk kemudian dapat dicerna lebih lanjut.