Antara Kesurupan dan Pola Pikir

Takut, ataupun cemas adalah sebuah emosi yang wajar sekali dialami oleh setiap pribadi manusia di belahan dunia manapun. Dimana ketakutan atau kecemasan adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang dirasa mengancam kelangsungan hidup seseorang. Namun ia akan menjadi tak wajar atau bermasalah ketika ketakutan atau kecemasan yang ada dirasakan sangat berat sehingga tidak bisa ditanganinya, pada tahap inilah seseorang dikatakan mengalami gangguan kecemasan.

Kuncinya penyebabnya adalah “perasaan”, perasaan yang tercipta karena penanaman pola pikir yang kurang tepat. Itulah sebabnya ketika kesurupan massal yang dikatakan disebabkan oleh bangunan yang angker dilakukan ritual pensucian bangunan yang diyakini dapat menghilangkan makhluk-makhluk halus penyebab kesurupan, maka seandainya selepas itu ia “merasa” telah bebas dari gangguan makhluk halus, tak akan lah dirinya dilanda ketakutan berskala besar lagi, dan tentu saja tak akan muncul respon freeze seperti kesurupan pada dirinya, karena sudah tak ada lagi alasan bagi alam bawah sadarnya untuk melarikan diri dari ketakutan hebat yang mampu menguasai dan mengambil kendali alam sadarnya.

Bukankah makhluk halus pengganggu telah pergi?”, pikir alam bawah sadarnya.

Nah, untuk dapat tetap bertahan dari ketakutan yang bisa saja muncul sewaktu-waktu, tentu saja pilihan fight adalah pilihan tercerdas, namun tak semua dari kita mampu menerapkannya setiap saat, bukan?

Lantas bagaimana?

Yang pasti, ada tiga alternatif yang bisa kita ambil ketika muncul situasi pemicu kegelisahan dan ketakutan:

Pertama, abaikan situasi itu.

Kedua, ubah situasi itu.

Ketiga, ubah reaksi kita terhadap situasi itu.

Dan ketika kita ingin fight terhadap masalah yang menghadang, maka ambilah pilihan ketiga, ubahlah pola pikir kita terhadap ketakutan-ketakutan yang menghadang. Always do the best and prepare for the worst, selalu lakukan yang terbaik dan persiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

Ketika kita telah belajar sekuat tenaga, tetap siapkan diri terhadap adanya kemungkinan kita tidak lulus ujian, karena mendadak sakit misalnya.

Atau contoh-contoh lain yang serupa, biasakan diri untuk selalu siap dengan segala kemungkinan-kemungkinan terburuk yang ada. Sehingga, kita bisa memperkirakan bahaya-bahaya apa saja yang bisa terjadi dari setiap tindakan yang kita lakukan, dan ketika seandainya yang terburuk itu benar-benar terjadi, maka diri kita akan lebih siap untuk menghadapinya dan dengannya kita tidak akan terlampau kaget dan tidak perlu melarikan diri dari terpaan masalah yang menghadang.

Tapi meskipun harus dipersiapkan, jangan sampai juga kita terperangkap dengan pemikiran akan segala jenis kemungkinan buruk yang bisa terjadi, karena 97% dari ketakutan yang kita rasakan sebenarnya tidak akan terjadi.

Jadi, jangan banyak takut ya!

Related Articles

Latest Articles