KISAH SI ‘UHUK!’

“Uhuk!”
“Uhukk, uhukk!”

Suara batuk itu bersahutan. Dari arah utara, selatan, barat, timur, kiblat, suara batuk itu muncul. Di masjidil Haram, di dalam perjalanan menuju pemondokan, bahkan dalam pemondokan, suara batuk itu terus muncul bersahutan.

Apakah ini KLB (Kejadian Luar Biasa) ISPA? Bukan! Ini hanya para jamaah yang saluran nafasnya terkaget-kaget bertemu dengan cuaca panas nan kering. Setidaknya begitulah kata pak Dokter petugas haji.

Dan saya sepertinya satu-satunya jamaah yang masih segar bugar tanpa suara ‘Uhuk’ itu. Padahal saya merokok. Padahal saya juga sering menghirup udara kering Makkah. Padahal kami semua makan menu yang sama di pondokan. Apa coba kalau bukan karena berkah dari Allah?

Satu demi satu jamaah satu sekamar pemondokan tumbang, batuk. Ada yang sok gagah ingin minum obat yang dibawa sendiri dari kampung, ada yang jadi tambah rajin minum air zamzam, atau membuat sendiri air rukyah untuk mengobati batuknya. Namun banyak juga yang mendatangi juga posko kesehatan haji.

“Uhuk!”
“Uhukk!”
Suara batuk itu awet sekali, pfhh, saya jadi sulit beristirahat.”Engkong, besok saya antar ke posko kesehatan ya? Masa seminggu berobatnya pake air zamzam doang?”, saya mencoba simpatik pada si empunya ‘Uhuk’, sebenarnya saya kesal. Waktu tidur sudah saya minimalisasi supaya bisa beribadah banyak-banyak, namun ternyata tidur sedikitpun tak bisa. Karena suara sahutan si ‘Uhuk’ dari berbagai sudut kamar. Pfhh..

“Uhuk, uhukk, uhuk!”
Segera bantal saya tutupkan lekat-lelat di telinga. Ampuuun, demi Tuhaannnn! Tak bisakah mereka menahan batuknya barang setengah jam sampai saya bisa tidur nyenyak?

Ya sudahlah, saya wudhu’ saja. Tidur di masjid saja, hitung-hitung i’tikaf.

“Uhukl! Uhuk!”, ohh. Mereka pun batuk, para jamaah masjid yang ternyata memenuhi masjid juga batuk. Demi Allah, apa mereka tidak minum vitamin suplemen atau apa sampai segitu mudahnya kena ISPA? Untunglah saya berbekal dua jenis suplemen: satu yang saya beli sendiri di apotik, satu lagi dibelikan seorang kerabat dekat.

Lalu,,”Uhukk! Uhuk, uhukk!”, eh siapa itu yang batuk? “Uhukk!” lho, itu suara batuk saya toh? Kok saya batuk juga? Iya, sejak hari itu, resmilah saya menjadi pemilik ‘Uhuk’ pula.

“Papa sih, pake sebel sama orang yang batuk. Pake ngerasa bangga karena ga ikutan batuk. Sombong. Kebales tuh langsung dikasih batuk sama Allah”, istri saya akhirnya menjenguk saya di pemondokan. Sambil ngerokin, sambil ngomelin, sudah hafal saya nasehatnya jika saya jatuh sakit. Iya, saya akhirnya tumbang: menggigil, demam, ngilu, pusing, dan BATUK!

Benar kata pak ustad pas manasik dulu: hati-hati ya di sana, jangan sombong, jangan berlebihan. Jangan membatin hal-hal yang tak baik. Kita niatnya ibadah, jadi ikhlasknn semua untuk Allah, apapun yang terjadi.

Iya, sombong itu selendang Allah, cuma Dia yang berhak sombong.

*seperti diceritakan pak haji kepada penulis

Penulis: dr. Sari Kusuma

Related Articles

Latest Articles