SuaraJakarta.co, JAKARTA – Kesiapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menekan laju tingginya muka air di beberapa titik rawan banjir tampaknya belum signifikan. Hal tersebut terlihat dari cara-cara konservatif pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang hanya menyelesaikan persoalan banjir dengan tindakan yang bersifat kuratif dan lebih bersifat pencitraan dengan cara blusukan.
Sebagaimana yang dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, blusukan pun juga diterapkan oleh Wagub DKI Jakarta Djarot Saiful saat memantau lokasi Kampung Pulo, Jatinegara, yang tiap tahun dilanda banjir saat musim hujan tiba.
“Ini setiap tahun ya Bu seperti ini? Rumahnya terendam berapa meter?” Tanya mantan Walikota Blitar ini kepada sekitar 40 pengungsi yang didominasi oleh kaum ibu dan anak-anak sebagaimana dikutip dari beritajakarta.com (27/12)
Namun demikian, dampak dari tindakan yang bersifat pencitraan tersebut, pada gilirannya tidak mampu menekan debit air yang kian meninggi di banyak titik rawan banjir di Jakarta. Hal tersebut terbukti dari terdapatnya puluhan rumah di Rawajati yang terendam banjir sebagai akibat dari meluapnya Kali Ciliwung.
“Sepertinya semalam hujan di Depok dan Bogor tidak terlalu deras. Karena luapan banjir di wilayah kami saat ini berada di titik terendah di dekat bantaran Kali Ciliwung”, Papar Munjirin Rasyid, Camat Pancoran, dimana titik banjir di daerah tersebut berada di RT 01/07 dengan tinggi 20-40 sentimeter
Tidak hanya di Rawajati, pantauan dari beritajakarta.com pun, juga terdapat banjir di sejumlah ruas jalan di Jakarta Selatan dengan ketinggian air yang beragam. Seperti di Jalan Raya Kemang dengan ketinggian 10-20 cm, Jalan Fatmawati Raya dengan ketinggian 15 cm, Jalan Tanjur Barat Lenteng Agung dengan ketinggian 15 cm.
Sedangkan di Wilayah Jakarta Barat terdapat di Jalan Panjang Raya dengan ketinggian 20 cm. Di Jakarta Pusat, titik banjir muncul di depan Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini setinggi 40 cm dan depan Tugu Wisma Kuningan Setiabudi 20 cm. (ARB)