SuaraJakarta.co, BANDUNG – Mungkin tidak banyak yang menyadari kalau hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi pembangunan bangsa ini. Padahal, tepat di hari ini, 64 tahun yang silam pemerintah Republik Indonesia memfasilitasi perpindahan penduduk sebanyak 23 KK (77 jiwa) dari Kedu, Jawa Tengah ke Gedong Tataan di Provinsi Lampung. Peristiwa ini yang kemudian diabadikan dan ditetapkan sebagai Hari Bhakti Transmigrasi. Hari yang diperingati sebagai bentuk rasa syukur insan transmigrasi terhadap Tuhan yang Mahakuasa.
Untuk sekadar mengingatkan ingatan kita yang mungkin terlupa dengan kesibukan saat ini, transmigrasi berasal dari kata trans dan migrate. Trans artinya seberang dan migrate diartikan sebagai pindah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah (pulau) yang berpenduduk padat ke daerah (pulau) yang berpenduduk jarang. Ada beberapa macam transmigrasi yang kita kenal, mungkin itu transmigrasi spontan, swakarsa, dan sebagainya.
Dampak Transmigrasi
Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak kita adalah apakah transmigrasi yang sudah dilakukan dari 64 tahun lalu itu membuahkan hasil? Atau hanya menjadi masalah baru di daerah yang didatangi? Ada beberapa aspek yang mungkin bisa menjawab pertanyaan ini.
Dilihat dari pengembangan wilayah di Indonesia, telah tercipta banyak wilayah baru. Mulai dari terbentuknya desa baru, kabupaten baru, kota baru, atau bahkan provinsi baru. Kemudian, dengan adanya transmigrasi juga telah berhasil membuka lahan pertanian yang memberikan peluang kerja lebih dari 27 juta rakyat Indonesia. Dua bukti ini setidaknya telah cukup membuktikan bahwa transmigrasi yang dilakukan telah membuahkan hasil dalam skala besar yang kemudian akan mendukung pembangunan nasional. Walau, tidak bisa dipungkiri bahwa ada segelintir masalah sosial yang kerap muncul ketika transmigran datang ke daerah yang baru ditempati. Namun, itu tidaklah menjadi masalah berarti karena tidak menimbulkan perpecahan besar di suatu daerah. Transmigrasi juga mampu menghasilkan transmigran yang anak keturunannya sukses dalam berbagai bidang profesi, seperti menjadi pemimpin pemerintahan berupa gubernur, bupati, dan lainnya. Sebagian dari mereka juga menjadi anggota legislatif, guru besar, perwira, dan profesi penting lainnya.
Tantangan Kedepan Semakin Berat
Saat ini saja Indonesia sudah dihadapkan pada berbagai tantangan, baik itu dari dalam mau pun dari luar. Penduduk diperkirakan akan selalu mengalami peningkatan. Peningkatannya pun tidak tanggung-tanggung. Dari riset yang diadakan, tahun 2030, penduduk dunia akan mencapai angka 8 milyar orang. Jumlah itu akan melebihi angka 9 milyar di tahun 2050. Apa akibatnya? Tentu dunia akan membutuhkan produksi pangan yang jauh lebih banyak dari saat ini. Peningkatan kebutuhan pangan ini tentu memiliki korelasi dengan peningkatan akan air, energi, dan tanah.
Di Indonesia, penduduk yang merasa ingin maju tentu ingin pindah ke kota yang dirasa punya kualitas pendudukan yang tinggi. Proses urbanisasi menjadi hal yang sulit dihindari menimbang masih terlalu jomplang¬-nya perbedaan kualitas di daerah dengan daerah di perkotaan. Ketika urbaniasi terus dibiarkan, tentu kepadatan penduduk akan kembali terjadi. Jelas ini sangat berlawanan dengan kegiatan transmigrasi yang sedang digiatkan.
Harapan untuk Transmigrasi
Dengan semakin beratnya tantangan yang dihadapi, tidak salah kita berharap pada program transmigrasi ini. Peningkatan kualitas pasti diperlukan. Sumber daya manusia yang ada harus diberikan pelatihan-pelatihan baik berupa hard skill mau pun soft skill agar masalah yang datang bisa diminimalisasi. Pemerintah juga diharapkan bisa lebih memfasilitasi peningkatan mutu dari transmigrasi. Dengan meningkatnya kualitas para transmigran, diharapkan mampu memberikan dampak kepada daerah yang didatangi. Dan jika ini berhasil, tentu daerah tersebut makin maju sehingga tidak ada lagi warga yang ingin melakukan urbanisasi ke kota yang rata-rata sudah padat penduduk.
Semoga transmigrasi dengan para transmigrannya semakin memantapkan posisi sebagai pelopor dalam pembangun nasional!
Penulis: Muaz Almunziri, Mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung