Catatan Kerja Jokowi-Ahok yang Belum Tuntas

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bekerja keras merealisasikan janji-janjinya. Setahun berkuasa, mereka terus mencari celah pemecah masalah, namun apa daya, terdapat beberapa catatan kerja mereka yang belum tuntas.

Berikut 3 target Jokowi-Ahok yang tak kunjung tuntas:

1. Pembelian Bus Anyar Hampir setahun sudah pemerintahan Jokowi dan Ahok di Provinsi DKI Jakarta berlangsung. Proyek yang meleset seperti pengadaan bus-bus angkutan umum.

“Kalau soal bus, semua di luar target. Pembelian bus-bus itu boleh dikatakan gagal, nggak sesuai target,” kata Ahok di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (9/9/2013).

Kegagalan yang dimaksud adalah spesifikasi bus yang tampaknya tidak sesuai dengan harapan. Sehingga Ahok berharap dalam pengadaan bus-bus ke depannya melalui katalog elektronik atau e-Catalog.

“Karena kita ingin bikin katalog. Kita ingin tahun depan pakai e-Catalog, jadi kita bisa langsung beli 3.000 unit,” katanya.

Pemprov DKI banyak memesan bus-bus untuk TransJakarta dan pengganti Kopaja/Metromini. Tidak dijelasan mana bus yang dianggap tak sesuai target pemprov, namun melalui e-Catalog spesifikasi bus bisa segera diketahui.

2. Contra Flow Cawang-Rawamangun Bagi Jokowi, penghentian contra flow Cawang-Rawamangun bukan masalah. Ia bertekad terus mencari solusi lain untuk mengurai kemacetan Ibu Kota.

“Semua hal yang kasih solusi kemacetan itu harus dicoba. Tapi harus dikalkulasi dan dihitung. Memang kalau dianggap gagal nggak apa-apa. Nanti diganti dengan cara lain. Namanya juga upaya,” kata Jokowi.

Hal ini disampaikan Jokowi di Gedung Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2013).

Jokowi sebenarnya ingin kemacetan di Jakarta berkurang. “Kita ingin memproses semuanya dalam sebuah ritme yang cepat. Tapi memang MRT dan monorel sampai detik ini juga kita belum rampung. Tapi insya Allah dalam bulan ini sudah rampung,” ujar Jokowi.

Setelah diuji coba 3 hari, PT CMNP akhirnya menghentikan contra flow Cawang-Rawamangun. Ada sejumlah kendala yang menghambat contra flow tersebut. “Tidak ada jalur darurat atau bahu jalan tol dan volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan,” kata Manager Pemeliharaan dan Pelayanan PT CMNP Bagus Medy Suarso di kantornya, Jalan Yos Sudarso Kav 28, Sunter, Jakarta Utara, pada Senin 8 April 2013.

Bagus memberikan data lebar jalur ruas tol contra flow hanya 3,25 meter, lebar jalur outer 1,25 meter, lebar jalur inner 0,5 meter, dan jumlah jalur 2 x 3 lajur. Volume kendaraan yang melintasi ruas tol milik PT CMNP mencapai kira-kira 250.000 kendaraan per hari.

3. Rusun di Kali Ciliwung Rencana Jokowi membangun rusun di atas Kali Ciliwung gagal karena ditolak pemerintah. Pemerintah ini menilai rencana itu melanggar Peraturan Pemerintah (PP) No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air yang mengatur penggunaan sungai dan dampak yang timbul kelak.

Namun Jokowi tak patah arang. Dia merapat dengan Kawasan Berikat Nusantara (KBN) untuk membangun rusun di Cilincing, Jakarta Utara.

“Dua tower dimulai (pembangunannya) Maret 2013, sebanyak 350 unit untuk satu tower. Ini pengganti lokasi rusun di atas Kali Ciliwung,” kata Direktur Pemasaran dan Pengembangan KBN, Teddy Robinson.

Teddy menyampaikan hal ini usai memenuhi panggilan Jokowi ke Balai Kota DKI Jakarta di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (5/12/2012). Turut hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan dari Kementerian BUMN. Teddy menyatakan konsep rusun yang disampaikan sama dengan konsep yang diinginkan oleh Jokowi, yakni pelayanan kesehatan dan perbelanjaan ditempatkan di lantai satu. Anggaran untuk rusun ini direncanakan mencapai Rp 98 miliar.

“Rusun ini dikorelasikan antara kawasan bisnis dan transportasinya. Kita mau berdayakan logistik, kita mau pertimbangkan dengan peti kemas. Kerjasama dengan menteri BUMN, anggarannya Rp 98 miliar untuk dua tower,” ujar Teddy.

Sumber: detik.com

Related Articles

Latest Articles