SuaraJakarta.co, JAKARTA – Air adalah pangkal kehidupan. Dimana ada air, maka disana ada kehidupan. Bahkan kandungan air dalam tubuh manusia mencapai 2/3 atau sekitar 60-70% dari total berbagai komponen yang terkandung dalam tubuh. Keberartian seteguk air akan sangat terasa kala kita berada di tengah gurun sahara yang tandus, dimana terik matahari bersinar menyengat hari dan paska berjalan berkilo-kilo meter. Disaat seperti itu, kebutuhan akan air pasti lebih mendominasi dibanding sesuap makanan.
Kita mungkin kerap kali tidak peduli dan menaruh perhatian pada kondisi ketersediaan air. Mengingat bahwa air dapat terus menerus terbentuk dan akan mengalami self purification (pulih diri) karena adanya proses daur hidrologi. Padahal, daur hidrologi ini sangat dipengaruhi oleh faktor kesiapan bumi dalam menyerap hasil daur, presipitasi, dalam bentuk limpahan hujan. Hal ini akan mempengaruhi ketersediaan air di bumi.
Indonesia dengan luas perairan yang mencapai 5,8 juta km2 atau sekitar 75 persen dari luas keseluruhan wilayah Indonesia dan dengan luas perhutanannya yang mencapai 99,6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai penopang sekitar 21% persediaan air di Asia Pasifik.
Merujuk pada data tersebut maka, nampak jelas bahwa kedudukan Indonesia sangatlah penting dalam kelestarian air. Namun sayang, kuantitas air semakin menurun seiring dengan rusaknya daerah resapan air. Tercatat pada tahun 2008, terutama di Pulau Jawa, volume waduk menurun. Sebagai contoh, waduk Cirata di Jawa Barat yang mengalami penurunan volume air hingga 89%. Selain rusaknya daerah resapan, faktor deforestasi juga sangat berpengaruh terhadap kuantitas air, mengingat salah satu peran penting hutan yang dapat membantu penyimpanan dan penyerapan air hujan. Namun sayang, pada tahun 2011, laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 610.375,92 Ha per tahun.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya air bagi keberlangsungan hidup, maka adalah wajar jika tanggal 22 Maret dinisbahkan sebagai Hari Air Sedunia atau World Water Day yang sering pula disebut sebagai World Day for Water. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia internasional akan pentingnya air.
Hari Air Sedunia pertama kali dicetuskan saat United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Bumi oleh PBB di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Pada Sidang Umum PBB ke-47 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 1992, keluarlah Resolusi Nomor 147/1993 yang menetapkan pelaksanaan peringatan Hari Air seDunia setiap tanggal 22 Maret dan mulai diperingati pertama kali pada tahun 1993.
Setiap tahunnya, Hari Air Sedunia mengambil tema yang berbeda dengan mengangkat isu khusus. Tahun 2013 ini, peringatan Hari Air Sedunia mengambil tema “Water Cooperation: Save Water For Life”.