SuaraJakarta.co, JAKARTA – Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur menegaskan angka korban meninggal yang terjadi pada mudik lebaran kali ini, meningkat dibandingkan tahun lalu.
Tercatat, sebanyak 498 kasus kecelakaan terjadi di Jatim hingga hari kesembilan Operasi Ramadaniya. Mulai dari H-6 hingga H+3, Rabu 28 Juni 2017.
Dari kejadian itu, 87 orang meninggal dunia, 52 korban luka berat dan 726 luka ringan. Kerugian materiil mencapai Rp607,6 juta. Jalur pantai utara tetap menduduki posisi pertama sebagai tempat paling banyak terjadi kecelakaan.
Hingga hari kesembilan operasi, sebanyak 491 kecelakaan terjadi di jalanan Jatim pada tahun 2016. Korban meninggal 57 orang, luka berat 69 orang dan luka ringan. Adapun kerugian materiil Rp541,2 juta.
Kecelakaan yang terjadi masih didominasi jalur Pantura, seperti sepanjang jalan arteri Tuban, Pasuruan dan Probolinggo.
“Angka kecelakaan ini pasti bertambah,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, di Markas Polda Jatim, Surabaya, sebagaimana dikutip dari laman Viva, Rabu (28/6).
Dia menjelaskan, korban kecelakaan masih didominasi usia produktif, yakni 20-30 tahun. Adapun faktor utama kecelakaan ialah human error atau kelalaian pengendara.
“Seperti kasus kecelakaan di Probolinggo yang menewaskan enam penumpang. Berdasarkan olah TKP, diduga karena kelelahan dan kelalaian pengemudi,” ujar Barung.
Untuk menekan angka kecelakaan pada arus balik, kata Barung, Polda Jatim tetap menyiagakan personil kepolisian di 227 pos pengamanan yang tersebar di jalur Pantura, tengah, maupun selatan wilayah Jatim. “Personil tidak akan kami tarik hingga Operasi Ramadniya selesai,” ucapnya.
Barung berharap, pengendara selalu menaati rambu-rambu lalu lintas dan mengikuti arahan petugas di lapangan. “Pengendara diharapkan memacu kendaraannya se-efisien mungkin, tapi tetap menjaga keselamatan. Karena dari hasil analisa, 98 persen kecelakaan karena human error,” katanya menambahkan. (RID)