SuaraJakarta.co, JAKARTA – Komisi Pemilhan Umum (KPU) DKI Jakarta telah menetapkan pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)- Djarot Syaiful Hidayat dengan Anies Rasyid Baswedan – Sandiaga Salahudin Uno maju ke putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Beberapa lembaga survei sudah melakukan survei terkait elektabilitas kedua pasangan calon tersebut.
Lembaga Media Survei Indonesia (Median) melakukan survei terhadap 800 responden pada 21-27 Februari 2017 lalu. Hasilnya, Anies-Sandi untuk saat ini unggul dari Ahok-Djarot.
Di survei Median, elektabilitas Anies-Sandi sebesar 46,3 persen sedangkan Ahok-Djarot mememperoleh 39,7 persen. Sementara itu jumlah responden yang belum menentukan pilihan sebesar 14 persen.
“Saat ini memang posisinya Anies-Sandi unggul sementara dengan 6 persen, tapi ada dua hal yang harus kita ingat. Jumlah undecided masih 14 persen, artinya orang yang pada putaran pertama kemarin memilih Agus-Sylvi tidak serta merta kemudian memilih Anies-Sandi. Kompetisi masih panjang, jadi masih membuka peluang untuk siapapun memenangkan kompetisi, termauk untuk Ahok, hal ini berkaca dari survei naik turun suara itu sangat dinamis,” kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun dikutip laman detikcom, Senin (6/3/2017).
Survei Median dilakukan menggunakan metode multistage random sampling dan proporsional atas populasi kotamadya dan gender. Margin of error survei sebesar 3,4 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berdasarkan data survei yang disebutkan, tren suara menunjukkan ada kenaikan suara dari pasangan Anies-Sandi dan sedikit penurunan dari pasangan Ahok-Djarot. Rico mengatakan salah satu alasan suara untuk Anies-Sandin naik adalah 1/3 pemilih Agus-Sylvi di putaran pertama memilih Anies-Sandi pada putaran kedua.
“Dari 100 persen pemilih Agus-Sylvy di putaran pertama, ada 10 persen yang memilih Ahok-Djarot di putaran kedua, 35 persen memilih Anies-Sandi dan 55 undecided,” tuturnya.
Lebih lanjut disebutkan, pada putaran kedua, pemilih Ahok-Djarot dan Anies-Sandi di putaran pertama relatif tetap pada pilihan mereka. Selain itu, naiknya suara untuk Anies-Sandi juga dipengaruhi oleh adanya gelombang semangat untuk memilih asal bukan Ahok yang mulai muncul.
“Saat ditanya apa alasan anda memilih pasangan Anies-Sandi pada putaran kedua, ini kita tanyakan secara terbuka, kita kumpulkan. Yang kita lihat ternyata pemilih Anies-Sandi kental sekali dengan politik identitas atau politik agama 27 persen. Yang baru kita temukan alasannya adalah yang penting jangan Ahok, sebesar 25,9 persen, alasan yang kedua ini yang perlu kita amati karena belum pernah muncul pada survei sebelumnya,” ujar Rico.
Berdasarkan temuan survei, Rico menyatakan pemilih Anies-Sandi didominasi oleh sentimen suasana non kandidat atau situasi di luar kandidat. Rico menyebut pemilih Anies-Sandi dibagi dalam empat kategori yaitu identitas dan anti Ahok sebesar 55,9 persen, kinerja mesin 5,7 persen, framing kompetensi 13,3 persen dan framing personal 8,6 persen.
Sedangkan karakter pemilih Ahok-Djarot lebih memfokuskan pada tema kompetensi. Ada 33,2 persen yang memilih Ahok karena menganggap Ahok berpengalaman dan kinerjanya terbukti.
“Ada tiga variabel utama, framing kompetensi, artinya memilih Ahok-Djarot karena kompetensinya sebesae 41,2 persen, karakter personalnya atau bersih dari korupsi sebesar 34,5 persen, sedangkan kinerja mesinnya lumayan kecil ya hanya sekitar 8,8 persen,” kata Rico. (JML)