SuaraJakarta.co, LAMPUNG – Sumatera, salah satu pulau terbesar di Indonesia mempunyai kekayaan hidupan liar, baik flora maupun fauna, yang sangat tinggi. Berbagai upaya dan keberhasilan telah dicapai untuk mempertahankan keanekaragaman hayatinya, namun di sisi lain tantangan makin besar, deforestasi Sumatera yang sangat masif dan kematian satwa liar dilindungi yang makin marak. Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan suatu komunikasi yang intens dari para pihak seperti aktivis konservasi, akademisi, sektor swasta, pemerintah dan publik. Hal tersebut dimungkinkan terjadi dalam Internasional Wildlife Simposium, (IWS) 2016. IWS yang diselenggarakan pada 18-19 Oktober 2016 di Gedung Rektorat Universitas Lampung ini bertema “Konservasi satwa liar untuk mendukung perekonomian dan matapencaharian yang berkelanjutan”. Ini merupakan simposium ketiga, yang sebelumnya telah dilakukan di universitas lain di Sumatera.’
Tujuan simposium ini adalah sebagai ajang berbagi informasi tentang penelitian yang sudah dilakukan dan menampilkan pengalaman serta hasil-hasil yang telah dicapai serta pembelajaran dari berbagai bidang terkait konservasi, juga pemutakhiran teknologi untuk mendukung upaya konservasi satwa liar dan kaitannya dengan sumber penghidupan yang berkelanjutan, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan masyarakat desa penyangga pada khususnya. IWS lebih khusus lagi ditujukan bagi peningkatan kapasitas peneliti Indonesia, khususnya mahasiswa, dosen, peneliti serta praktisi dari berbagai lembaga, untuk saling berbagi serta membangun jaringan. Dalam rangka memperkuat kegiatan ini, pada tanggal 17 Oktober 2016, diselenggarakan workshop tentang “Inovasi teknologi untuk upaya konservasi satwa liar” dengan menghadirkan narasumber utama Dr. Rohit Singh dari WWF Wildlife Crime Initiative.
“Kegiatan ini merupakan ajang interaksi dan kerjasama antar peneliti baik di laboratorium maupun di alam bebas, penggiat konservasi, masyarakat dan stakeholder,” demikian menurut Rektor Universitas Lampung, Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. Lebih lanjut disampaikan “diharapkan simposium ini akan memberikan peningkatan fokus, pemahaman dan langkah bagi biodiversitas Indonesia pada umumnya dan Sumatera pada khususnya. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Universitas Lampung, Ir. Warsono, Ph.D. menyatakan “Kegiatan simposium ini adalah langkah yang serius dan komitmen dari Universitas Lampung dan WWF Indonesia dalam menindak lanjuti kerjasama yang telah disepakati dan ditanda tangani sebelumnya. Dengan adanya kegiatan ilmiah ini diharapkan dapat menjadi ajang bertemunya peneliti dari seluruh Pulau Sumatera dengan peneliti skala nasional maupun internasional, agar dapat memotivasi penggiat konservasi serta munculnya lebih banyak lagi peneliti-peneliti muda”. Universitas Lampung sebagai perguruan tinggi akan menjadi rumah bagi sumber daya manusia dan keilmuan, didukung dan bekerja sama dengan mitra penggiat konservasi Lembaga Swadaya Masyarakat seperti WWF-Indonesia, akan menjadi tonggak penguat bagi konservasi satwa liar, khususnya yang saat ini terancam keberadaannya.
Pada Simposium ini akan hadir peneliti-peneliti satwa liar, praktisi konservasi dan ahli ekologi internasional sebagai narasumber utama, seperti Dr. Barney Long dari Global Wildlife Recovery, Dr. Ashley Brooks dari WWF Tiger Alive initiative, drh. Dedi Chandra dari Taman Nasional Way Kambas, Dr. Jatna Supriatna dari Universitas Indonesia, dan Dr. Ahimsa Campoz-Arceiz dari University of Nottingham Malaysia Campus.
Sunarto, Ph.D ahli ekologi satwa liar WWF- Indonesia sekaligus pengagas IWS mengatakan, “Sangat penting untuk mencari generasi penerus yang dapat menguak tabir kekayaan negeri kita sendiri agar kita “kenal” diri sendiri sebagai Bangsa Indonesia yang sangat kaya keanekaragaman hayatinya”. Lanjut Sunarto, “WWF-Indonesia sangat mendukung kegiatan seperti ini, untuk menggalang dukungan publik, serta mendorong peran aktif berbagai pihak, juga mempopulerkan natural science. Kegiatan juga diharapkan dapat mendorong regenerasi konservasi di Indonesia”.
Simposium ini juga dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Siti Nurbaya Bakar yang diwakili oleh Kepala Taman Nasional Way Kambas, Timbul Batubara. Simposium ini akan dihadiri sekitar 200 peserta, dengan 69 makalah, 14 dalam bentuk poster. Diharapkan dengan adanya simposium ini dapat secara tajam menjawab peranan konservasi satwa liar dan kaitannya dengan sumber kehidupan yang berkelanjutan juga menyelamatkan keanekaragaman hayati Indonesia.