SuaraJakarta.co, JAKARTA – Memasuki pekan terakhir bulan puasa, terjadi peningkatan jumlah penumpang di stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tercatat140.000 penumpang atau hampir dua kali lipat dibandingkan pada hari biasa.
Menurut Vice President Corporate Communications PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ), Eva Chairunisa peningkatan jumlah penumpang tersebut biasanya terjadi pada Kamis (2/6/2016) atau empat hari jelang awal Ramadhan ditetapkan.
“Jumlah penumpang diungkapkannya melonjak drastis dari semula sebanyak 80.000 orang menjadi sebanyak 140.000 orang,” katanya.
Menurut dia, melonjaknya jumlah penumpang tersebut diungkapkannya menembus rekor pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) pada tanggal yang sama tahun 2015 lalu, yakni sebanyak 120.000 orang.
Eva menduga bila kenaikan tersebut tidak hanya dipicu dari tingginya minat warga berbelanja untuk mempersiapkan diri berpuasa, pada tanggal tersebut bersamaan dengan digelarnya Pasar Tasik yang rutin dibuka setiap Senin dan Kamis.
“Stasiun Tanah Abang merupakan stasiun pusat, pada hari biasa kunjungannya sangat tinggi. Jadi bersamaan dengan persiapan puasa ditambah lagi ada Pasar Tasik, jumlah penumpang membludak tinggi,” ujarnya, Jumat (24/06/2016).
Peningkatan jumlah penumpang rupanya tidak hanya berlangsung sehari, jumlah kunjungan penumpang yang naik-turun di Stasiun Tanah Abang sejak hari pertama hingga minggu ketiga bulan Ramadhan ini berkisar mencapai 100.000 orang hingga 120.000 orang. Jumlah tersebut pun diprediksi akan terus meningkat seiring mendekati Hari Raya Idul Fitri 1437 H yang diperkirakan jatuh pada Rabu (06/07/2016) mendatang.
Keterangan Eva terbukti benar, ribuan penumpang terlihat mengantre panjang di Stasiun Tanah Abang sejak sepekan terakhir hingga Jumat (24/06/2016). Antrean tidak hanya terjadi di peron, loket penjualan tiket ataupun gerbang masuk stasiun, panjangnya antrean juga terlihat hingga trotoar sisi Jalan Jatibaru.
Padatnya antrean dimanfaatkan oleh belasan supir angkutan umum ataupun ojek untuk memarkirkan kendaraannya. Kemacetan panjang pun tidak terhindarkan lantaran tidak adanya petugas Sudin Perhubungan Jakarta Pusat yang mengatur lalulintas. (Irvan Siagian)