SuaraJakarta.co, TANGERANG SELATAN – Nasib tragis dialami Fitri Aulia (13). Bocah yang di juluki “Spider-Kid” karena gemar memanjat tower itu ditemukan meninggal dunia di Stasiun Pondok Ranji, Rabu (3/2). Fitri ditemukan oleh ibunya, Sumarnih (51), sudah tergeletak tak bernyawa dalam kondisi ada bekas memar dibadannya.
“Paginya dia membeli nasi uduk, cuman pas mau pulang nasinya jatuh, mau beli lagi uangnya gak ada, akhirnya dia ngambek terus dia naik ke genteng rumah orang,” ungkap Sumarnih saat menceritakan kronologis kematian putri bungsunya kepada Staf Media LKC Dompet Dhuafa ketika bertandang kerumahnya, Kamis (4/2).
Sumarnih menceritakan, sebelum Fitri ditemukan meninggal dunia sempat mengeluhkan sakit terus menerus disekujur tubuhnya. Bahkan ia sempat membujuk, bocah yang akrab dipanggil pipit itu, untuk memanjat tiang. Hal itu dilakukan karena kebiasaan pipit yang suka memanjat tiang manakala rewel.
Namun setelah setelah selesai memanjat, Pipit kembali mengeluhkan sakit ditubuhnya. Kala itu Pipit sempat meminta dibawa ke Klinik LKC Dompet Dhuafa oleh Sumarnih untuk berobat. Namun karena saat itu ia sedang mengurus kakak kandung Pipit yang menderita Hydrocephallus, maka permintaannya tidak segera dituruti.
“Saya lagi ngurus kakaknya Pipit, mungkin karena kelamaan, Pipit lari naik ke mobil yang lewat dijalan sana, Saya kejar gak ketemu, terus saya cari akhirnya ketemu kerudungnya tercecer, gak jauh dari itu saya juga temuin baju dia, dan terakhir saya lihat kondisi Pipit yang tergeletak dijalanan di pembatas rel Kereta Api di Stasiun Pondok Ranji,” imbuh Sumarnih sambil berderai air mata.
Sumarnih mengakui bahwa perilaku anaknya kadang diluar kendalinya. Setiap keinginan Pipit tidak di turuti maka ia langsung memanjat tiang. Sehingga kadangkala perilaku anaknya itu mengundang respon yang kurang simpatik dari para tetangganya. Bahkan berkali-kali para tetangga tersebut mengusir Sumarnih dan keluarganya untuk pindah dari rumah tumpangannya itu.
Sumarnih hanya bisa pasrah menerima nasib putri bungsunya, ia menyadari bahwa sebagai rakyat kecil, Sumarnih tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk menindak lanjuti kasus yang menimpa putrinya, apalagi malam saat kejadian ia telah didatangi dua orang yang tidak dikenal memaksanya menandatangani surat penolakan dilakukan outopsi terhadap jenazah putrinya. (gm/mj)