SuaraJakarta.co, JAKARTA – Para tokoh, seniman, pegiat, dan masyarakat pecinta Reyog Ponorogo sedang menunggu hasil Tim bentukan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk menyelidiki insiden pembakaran reyog di KJRI Davao – Philipina yang terjadi 20 Oktober 2015 silam.
Sebagaimana diketahui, Tim Kemlu tersebut terbentuk pasca pertemuan dengan Komunitas Reyog Ponorogo (KRP) dengan Menlu Retno Marsudi di Kantor Kemlu, Jakarta (09/11/2015). Pertemuan ini muncul karena desakan ribuan masyarakat saat menggelar aksi protes di Alun-lun, Kantor Bupati, dan Kantor DPRD Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (10/11/2015) lalu.
“Hasil penyelidikan Tim Kemlu sangat ditunggu, sehingga insiden pembakaran reyog di KJRI Davao bisa segera dituntaskan,” kata Sekretaris Komunitas Reyog Ponorogo (KRP), M Syaiful Jihad sebagaimana rilis yang dikirim ke SuaraJakarta.co, Kamis (19/11).
Menurut Syaiful apabila penyelesaian insiden ini berlarut-larut ditakutkan justru akan menimbulkan masalah baru yang lebih buruk, seperti munculnya isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
“Banyaknya kejanggalan terhadap klarifikasi KJRI Davao juga memunculkan kekhawatiran bahwa Tim Kemlu bekerja tidak profesional dan proporsional, tapi lebih mengedepankan jiwa korsa atau esprit de corps. Ini yang harus terus dikawal,” kata Syaiful.
KRP sendiri saat bertemu Menlu telah menyerahkan berkas-berkas seperti foto prosesi pembakaran reyog, foto seniman reyog yang tampil di KJRI Davao tahun 2005, copy Klarifikasi KJRI Davao, copy pernyataan maaf staf KJRI Davao, nama-nama orang yang harus diperiksa oleh Tim Kemlu, dan berkas-berkas lainnya.
“Sekali lagi KRP juga meminta Menlu untuk menjamin keamanan dan melindungi keselamatan WNI yang ada di Davao, khususnya yang berani mengungkap insiden ini hingga terselesaikan. Jangan ada intimidasi ataupun teror,” pungkas Syaiful. (iman)