Hari Sumpah Pemuda, Jangan Melupakan Sejarah

SuaraJakarta.co – Tanggal 28 oktober hari ini kita merayakan sumpah pemuda. Semua pemuda ikut menyambut hari tersebut. Mereka menyambut dengan suka cita karena hari tersebut merupakan hari bersejarah. Hari tersebut dianggap bersejarah karena dihari tersebut para pemuda kita mengucapkan sumpah pemuda yang mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Namun diantara penyambutan hari sumpah pemuda besok, banyak diantara pemuda kita yang melupakan hari tersebut. Ketika salah seorang teman saya ditanya, hari apakah besok? Dia hanya menjawab besok hari rabu. Tak ada hari besar bangsa Indonesia yang ia ingat. Padahal sesungguhnya besok adalah hari sumpah pemuda. Ini mengartikan bahwa pemuda kita sudah mulai melupakan sejarah.

Hal ini tentu menyebabkan lunturnya nilai-nilai keindonesiaan. Pemuda yang seharusnya menjadi orang yang paling depan untuk mengumandangkan nilai-nilai keindonesiaan, tapi justru melupakan. Padahal nilai-nilai keindonesiaan harus tetap dijaga. Walaupun zaman sudah semakin maju, teknologi semakin berkembang, dan informasi semakin muda didapatkan kita tidak boleh sekali-kali meninggalkan sejarah dan melupakan perjuangan pemuda-pemuda kita zaman dahulu untuk memerdekakan bangsa Indonesia.

Terlepas dari para pemuda yang sudah melupakan sejarah, kita para pemuda yang masih ingat hari tersebut hal yang bisa kita lakukan adalah mengingat perjuangan pemuda-pemuda zaman dahulu untuk memerdekakan bangsa Indonesia dan terus berprestasi untuk membawa nama bangsa Indonesia dimata dunia. Dua hal ini sangat penting dilakukan, karena yang pertama dengan mengingat berarti kita sudah mengupayakan satu hal untuk tidak melupakan. Ini artinya walaupun zaman semakin maju, teknologi semakin berkembang, dan informasi semakin mudah didapatkan, kita tidak pernah melupakan darimana kita berasal. Kedua dengan terus berprestasi, artinya kita mempraktekkan semangat pemuda yang terus berjuang membawa nama Indonesia supaya diakui negara dunia.

Penulis: Wurry Aprianty, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Related Articles

Latest Articles