Peran Bangsa dalam Peringatan Pekan Olahraga

Champions aren’t made in the gyms. Champions are made from something they have deep inside them—a desire, a dream, a vision.” –Muhammad Ali

Seiring berjalannya momentum zaman, rasa apresiasi terhadap kemampuan diri sendiri ataupun orang lain pun turut terkikis. Kepedulian tak lagi berputar pada masyarakat sosial. Individualisme mulai menjajah setiap individu rakyat Indonesia. Tidak peduli pada kondisi lingkungan sekitar. Ambisius terhadap masa depan yang memuaskan utilitas pribadi. Atau bahkan acuh terhadap kalangan atas, kanan, kiri, atau bahkan bawah. Namun hebatnya, ajang olahraga mampu menjadi salah satu wahana penggugur rasa terjajah tersebut.

Surakarta pada tanggal 9 September 1948 menjadi awal pemberontakan dan saksi keberanian bangsa Indonesia untuk mengukir sejarah persatuan rakyat pada dunia perolahragaan. Setiap atlet menunjukkan kapasitasnya masing-masing, tak terkecuali supporter–nyawa bagi sang atlet untuk terus berjuang di lapangan sampai titik juang penghabisan.

Jika kita perhatikan baik-baik, rasa nasionalisme masyarakat Indonesia akan meningkat secara drastis ketika para atlet berjuang di ajang kompetensi nasional ataupun internasional. Kita bersatu membawa secercah harapan bangsa, melupakan hal-hal berbau individualisme, memperjuangkan sesuuatu yang pantas untuk diperjuangkan. Tak patut dipungkuri lagim, ajang olahraga memiliki peran yang sangat besar sebagai faktor pemersatu bangsa dan pendongkrak ekonomi rakyat.

Tidak banyak orang yang tidak tertarik dengan dunia perolahragaan. Bagaimana tidak? Kita dapat menumpahrasakan apapun yang kita anggap sebagai bentuk kepedulian pada ajang ini. Mulai dari kompetensi, bakat, teriakan, nyanyian, usaha, kepedulian, cinta, perjuangan, hingga mimpi yang harus dipertaruhkan.

Prestasi-prestasi Indonesia pada dunia perolahragaan pun tidaklah sedikit. Anugerah demi anugerah terus mengalir melalui keringat para atlet yang berjuang. Banyak sekali peran yang berkontribusi terhadap pengharuman nama Indonesia pada bidang perolahragaan. Mulai dari atlet, pelatih, pemain pengganti, pegawai pemerintahan, staff kenegaraan, pihak swasta, media massa, sponsor, ataupun supporter. Setiap kondisi memiliki perannya masing-masing. Wujud kontribusi yang berbeda-beda dengan tujuan yang sama. Memperjuangkan sesuatu dengan memegang hakikat yang sama, yakni mengharumkan nama Indonesia.

Dengan maskot Surili, seekor primata asli daerah yang dilindungi oleh IUCN (The International Union for Conservation of Nature), provinsi Jawa Barat lah yang akan menjadi saksi perhelatan akbar diadakannya PON XIX pada tahun 2016. Tak tanggung-tanggung, seluruh aspek masyarakat telah mempersiapkan ajang bergengsi ini. Pemilihan logonya pun tak kalah saing, yakni kujang yang merupakan senjata khas yang sesuai dengan visi dan misi Provinsi Jawa Barat. Siapkah Indonesia kembali menggemakan suaranya pada wajah dunia?

Apapun wujud kompetensi yang kamu miliki, baik pada bidang olahraga ataupun bidang lainnya, teruslah menebar kebermanfaatan pada lingkungan sekitar. Kamu tahu? Setiap makhluk di dunia ini memiliki perannya masing-masing. Kita diciptakan dengan bakat yang berbeda-beda. Apakah kamu sadar, batu kerikil di pinggir jalan saja memilliki bakat untuk turut berkontribusi pada pembangunan jalan, apalagi kamu? Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar dengan urutan ke-3 di dunia, yakni mencapai 259.940.857 jiwa. Jumlah yang tidak sedikit bukan? Jika satu penduduk memiliki lebih dari satu peran, berapa milyar peran perubahan yang dimiliki oleh Indonesia? Salam Olahraga!

Penulis: Naafi Fatimah Harwanti, Mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB)

Related Articles

Latest Articles