SuaraJakarta.co, JAKARTA – Gubernur DKI Ahok mengatakan bahwa relokasi pindah ke rumah susun sederhana istimewa (rusunawa) akan memperbaiki taraf hidup karena lebih nyaman. Namun demikian, faktanya, tidaklah demikian sebagaimana yang terjadi di Rusunawa Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur.
Dikutip dari harian NonStop, Sabtu (5/9), penghuni di rusunawa tersebut mengeluhkan besaran biaya air bersih. Menurut Edy, besaran tarif air yang ditentukan membuat beban bulanan menjadi membengkak.
“Satu bulan untuk biaya air saja Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu, ini sangat memberatkan bagi kami,” ujarnya.
Ketua RT 11/11 Rusun Pulogebang Jaelani pun mengatakan hal yang sama. Menurutnya, banyak warganya yang mengeluhkan tingginya biaya air bersih. Dirinya mengaku telah melaporkan ke pengelola rusun agar tarif air dapat diturunkan.
“Kami sudah melaporkan keluhan warga, tapi sampai saat ini belum ada respon,” kata Jaelani.
Menurut Jaelani, tarif air bersih per kubik dibebankan kepada warga sebesar Rp 5.500. Beban biaya air seperti itu mahal untuk kalangan ekonomi ke bawah, belum ditambah biara listrik dan sewa rusun.
“Air saja segitu, belum listrik, belum biaya sewa. Kalau tidak dikurangi biaya bulanan kita akan semakin tinggi,”keluhnya.
Menanggapi hal ini, Kepala UPT Rusun Wilayah III Sayid Ali berkilah bahwa pihaknya tidak memiliki kewenangan tarif air. Menurutnya, PT Aetra lah yang lebih berwenang.