Harapan Baru dari Mukhtamar NU dan Muhammadiyah

SuaraJakarta.co, OPINI – Gerakan civil society (masyarakat sipil) adalah sebuah gerakan yang amat penting dalam negara demokrasi. Karena gerakan tersebutlah yang menjadi penopang sekaligus aktor dari pembangunan demokrasi itu sendiri.

Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammdiyah adalah gerakan civil society yang berbentuk ormas Islam. Ormas Islam terbesar dan berkontribusi besar pula dalam sejarah pembangunan bangsa Indonesia. Secara historical (sejarah), keduanya telah berhasil melahirkan banyak tokoh besar bangsa, melakukan konsolidasi demokrasi, serta pembangunan di pelbagai sektor (social, economic, education, etc) dengan penguatan Islamic values di lapisan kemasayarakatan.

Bulan ini adalah bulan sejarah bagi umat Islam Indonesia khususnya, karena kedua ormas Islam terbesar tersebut akan melaksanakan muktamarnya masing-masing. Muktamar NU ke-33 berlangsung pada 1-5 Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur dengan mengusung tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”. Sedangkan Muktamar Muhammadiyah ke-47 berlangsung pada 3-6 Agustus 2015 di Makasar, Sulawesi Selatan dengan mengusung tema “Gerakan Pencerahan untuk Indonesia Berkemajuan.

Tema yang diusung oleh NU di muktamarnya seakan ingin menggambarkan bahwa NU menginginkan penanaman Islamic values secara damai di pelbagai lapisan masyarakat serta menolak radicalism movement (gerakan radikal) berbalut nama agama. Sedang tema yang di usung Muhammadiyah di muktamarya kali ini sangat menunjukan bahwa Muhammdiyah siap menjadi gerakan pencerah untuk membangun Indonesia.
Tantangan dan Solusi Bangsa.

Pasca kemerdekaan sampai Reformasi sekarang adalah fase di mana Indonesia beranjak menjadi negara yang dewasa dan mampu berdikari serta berdaulat. Dalam perjalanan tersebut juga, bangsa kita terus mengahadapi tantangan baik dari internal maupun eksternal. Tantangan inilah yang perlu dijawab dengan solusi dari gerakan civil society seperti NU dan Muhammadiyah.

Persatuan umat Islam Indonesia adalah agenda penting dalam proses pembangunan bangsa. Perpecahan internal umat Islam Indonesia sangat rentan sekali karena kerap kali disusupi oleh aliran-aliran sesat yang di mana titik kulminasi dari itu semua adalah mencoba memecah belah kekuatan umat Islam di tanah air. Oleh karena itu dalam muktamar kali ini, baik NU dan Muhmmadiyah harus bisa menghasilkan satu gagasan besar untuk menyatukan umat. Consevatism values perlu dikuatkan kembali sehingga kesadaran konstruktivisme dari pelbagai gerakan Islam Indonesia dapat dilakukan dalam pembangunan bangsa. Dengan gagasan persatuan umat ini juga kedua oramas Islam tersebut mampu melakukan transedental di pelbagai lapiasan masayarakat, sehingga nantinya Islamic values dapat dipahami secara bersama dan teraktulisasikan dengan baik.

Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh Indonesia adalah krisis kepemimpinan. Oleh karena itu, terobosan penting setelah muktamar selesai adalah pemugaran sumber daya manusia untuk disiapkan menjadi pemimpin bangsa, mulai dari skala regional sampai nasional. Pemimpin yang diharapkan tentunya bukan sekedar pemimpin yang cakap dalam membuat kebijakan, namun juga mampu menonjolkan corak keislamannya. Pemimpin yang prominen akan ideologi inilah yang juga nantinya akan memperkuat eksistensi Indonesia sebagai negara muslim yang pemimpinnya adalah sosok yang pro terhadap ajaran murni Islam dan mampu merangkul semua agama yang sah ada di Indonesia.

Setelah muktamar ini juga, baik NU dan Muhmmadiyah diharapkan dapat terus menjaga sekaligus mengembangkan kontribusi terbesarnya sebagai aktor pembangunan bangsa dalam pelbagai sektor, mulai dari sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Semakin banyak gagasan-gagasan yang teraktualisasikan secara nyata di tataran masyarakat seperti pengentasan kemisikinan, pembuatan lembaga pendidikan, dan penguatan ekonomi adalah solusi untuk melakukan pembangunan bangsa tersebut.

Tantangan dan terobosan terkahir dari hasil Muktamar NU dan Muhammadiyah adalah turut aktif bahkan harus lebih lantang terhadap isu dunia Islam. Isu Palestina adalah isu yang amat penting, bukan hanya dalang lingkungan middle east, namun juga dunia. Tindakan Zionis Israel adalah bentuk penjajahan kuno yang ada di era modern – memaksa tanah-tanah Palestina diberikan kepada Israel, sehingga mereka berhasil membuat negara Yahudi. Selain isu Palestina, penting juga memahami isu dunia Islam lainnya seperti isu pembunuhan masal di Suriah, etnis Rohingya di Myanmar, kudeta berdarah di Mesir, diskriminasi muslim di Tiongkok, dan isu-isu dunia Islam lain yang ada di dunia. NU dan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam terbesar di Indonesia harus bisa turut andil dalam penyelesaian itu – salah satu caranya adalah menuntut pemerintah Indonesia untuk lantang membela muslim di wilayah yang sedang berkonflik atau kena bencana. Semua hal tersebut harus dilakukan karena Indonesia adalah model dari negara muslim terbesar dan damai di dunia.

Persatuan umat, mempersiapkan masyarakat sipil sebagai pemimpin bangsa, terus berkomitmen menjadi aktor pembangunan, dan turut aktif dalam isu dunia Islam adalah terobosan yang harus ada dan terealisasi setelah muktamar selesai. Terobosan ini juga akan menjawab tantangan yang ada, baik di dalam dan luar tanah air.

Besar harapan Muktamar NU dan Muhammadiyah berjalan dengan lancar dan tidak tersusupi oleh kepentingan-kepentingan lain yang menguntungkan beberapa kelompok – salah satunya yang paling bahaya adalah kelompok politik. NU dan Muhammadiyah harus komitmen terus ada di luar panggung politik dan tidak terjebak di politik praktis. Namun, baik NU dan Muhammadiyah masih tetap bisa melahirkan kader-kadernya untuk mengisi banyak posisi strategis di partai-partai agar nilai dasar dari perjuangan keduanya bisa termanifestasi dengan baik dalam politik Indonesia sebagai gagasan pencerahan. Selamat dan sukses atas Muktamar NU ke-33 dan Muhammadiyah ke-47.

Penulis: Pandu Wibowo: Ketua Komisi A Bidang Isu Keislaman FSLDK Banten dan Peneliti CIDES Indonesia

Related Articles

Latest Articles