SuaraJakarta.co, JAKARTA – Dampak menurunnya kinerja perekonomian Indonesia, berdampak signifikan pada popularitas Jokowi sebagai seorang presiden.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Kepala Riset KDB Daewoo Securities, Taye Shim, sebagaimana dikutip dari harian Republika, Sabtu (13/6). Menurutnya, investor asing selama sepekan terakhir ragu terhadap kepemimpinan Jokowi sebagai kepala pemerintahan untuk menjaga kondusifitas ekonomi Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan adanya sentimen negatif dari investor asing yang masih membayangi pasar saham.
Akibatnya, beberapa survei yang telah dilakukan pada Mei 2015, menurutnya, menunjukkan bahwa tingkat dukungan atas pemerintahan Jokowi menurun ke level 31 persen dari sebelumnya 32 persen pada Januari 2015 dan 75 persen setelah pelantikan pada 2014.
Wakil Ketua Umum Bidang Koordinator Asosiasi Kadin Indonesia, Noke Kiroyan, menjelaskan bahwa menurunnya kinerja ekonomi tersebut disebabkan karena visi pemerintah saat ini terlalu bertumpu pada jangka panjang. Pemerintah, menurutnya, harus lebih fokus pada langkah-langkah konkret jangka pendek dalam mengatasi pelemahan ekonomi yang sudah para ini.
“Kalau rencana jangka panjang cukup banyakyah, tetapi yang mungkin harus segera dilakukan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang bisa mendukung perbaikan (ekonomi) sesegera mungkin,” jelasnya.
Dirinya menambahkan bahwa persoalan ekonomi yang kian melambat ini tidak bisa hanya didukung dengan proyek-proyek infrastruktur. Karena hal tersebut memakan waktu lama untuk ekonomi Indonesia melakukan rebound.
Sebagaimana diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup naik tipis sebesar 7 poin atau menguat 0,14 persen ke 4.953 setelah bergerak di aantara 4.916-4.947. Ini disebabkan karena asing masih melakukan penjualan sebesar Rp. 345 miliar saham, khususnya pada saham sektor perbankan.