SuaraJakarta.co – TEPAT sudah 60 tahun Konferensi Asia Afrika pertama berlangsung. Kini bulan April 2015 merupakan salah satu peristiwa yang mengguncang dunia, terutama bangsa-bangsa yang menjadi peserta Konferensi Asia Afrika dan tentunya Indonesia yang merupakan tuan rumah dalam penyelenggaraan KKA tesebut. Konferensi Asia Afrika merupakan suatu konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika yang bertujuan untuk mempromosikan kerjasama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Konferensi Asia Afrika pertama dipelopori oleh 5 negara, yakni Indonesia, Sri Lanka, Myanmar, India dan Pakistan yang dilaksanakan di Gedung Merdeka yang terletak di kota Bandung, Indonesia.
Berangkat dari nasib dan sepenanggungan yang sama, negara-negara yang baru merdeka bersemangat untuk membangun negaranya masing-masing dengan bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial bidaya. Selain itu, negara-negara yang tergabung dalam konferensi Asia-Afrika ini juga memberikan dorongan dan bantuan bagi negara-negara lain yang masih berada dalam penjajahan Kolonialisme.
Begitu nyata dan konkret kontribusi yang diberikan oleh negara-negara KAA bagi perkembangan dunia, karena tak lama setelah KAA berlangsung banyak negara-negara Asia dan Afrika kemudian berani menyatakan kemerdekaannya. Begitupun dengan langkah pembangunan yang cepat membuat KAA ini banyak disebut-sebut sebagai solusi bagi permasalahan negara-negara yang masih terjajah ketika itu. Namun saat ini, masihkah KAA pantas disebut sebagai solusi bagi negara-negara yang hingga saat ini masih berada dalam penjajahan?.
Saat ini kita tahu bahwa dunia yang sudah maju, teknologi yang telah melampaui zaman ternyata masih menyisakan kesedihan yang mendalam yang dirakasakan oleh negara yang saat ini masih mengalami penjajahan. Negara tersebut adalah Palestina yang masih dijajah oleh Israel. Banyak cara yang telah dilakukan oleh negara-negara yang peduli akan Palestina agar penjajahan di muka bumi di hapuskan, baik itu melalui kecaman terhadap Israel, banding kepada PBB, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya usaha itu hanyalah sia-sia, Israel semakin membabi buta menyerang Palestina.
Berdasarkan pada tujuan dan maksud diadakannya KAA, maka hari ini kita patut mempertayakan apakah KAA ini masih masih relevan dilaksanakan?. Tentunya ketika kita hanya bisa bertanya, maka tidak akan ada yang menjawab melainkan semua jawaban itu akan didapat dengan langkah nyata yang dilakukan oleh negara-negara peserta KAA dalam penyelesaian konflik Palestina.
Menyoroti salah satu langkah yang dilakukan oleh Indonesia, yakni yang diwakili Presiden Jokowi yaitu perjanjian dengan negara Iran mengenai kerjasama dalam memberantas terorisme dan aliran yang menyimpang di kedua negara. Jika kita lihat sekilas, maka langkah yang dilakukan oleh Presiden Jokowi kurang tepat, karena masih banyak hal yang sangat mendesak untuk dilakukan pada momen KAA ini. Banyak masyarakat yang berharap bahwa Presiden Jokowi bisa memprakarsai ide dan rencana konkret yang akan dilakukan demi pembebasan Palestina. Namun, semua itu hanyalah harapan semata yang belum bisa direalisasikan.
Penulis: Aang Sanjaya, Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran