Teori Prilaku Memilih: Prediksi Suara AKP di Pemilu Turki

SuaraJakarta.co, OPINI – Pada 7 Juni 2015 Turki akan dihadapkan pada pemilu parlemen. Pemilu parlemen ini tentunya menjadi peratarungan ketat antara Partai Keadilan Pembangunan (AKP) sebagai partai penguasa dan lawan politiknya seperti Partai Demokrasi Rakyat (HDP) dan Partai Rakyat Republik (CHP). AKP perlu memenangkan pemilu dengan target 367-400 kursi agar berhasil merubah konstitusi dari sistem parlementer ke sistem presidensial. AKP beralasan, sistem parlementer tidak cocok dengan Turki dan mengambat laju perkembangan ekonomi negara. Ekonomi Turki menunjukan peningkatan yang cukup signifikan selama AKP memenangkan pemilu 2002, dan akan meningkat pesat lagi jika sistem Presidensial dipakai oleh Turki.

Dalam beberapa jejak pendapat terakhir yang dimuat oleh BGC Partners, AKP akan memenangkan pemilu parlemen kurang dari 50%. Tentu hal ini memberikan berita bahagian bagi kubuh AKP, namun tetap AKP harus fokus dan berusaha keras jika ingin merealisasikan target 400 kursi di parlemen. Sebalikya, partai saingan AKP, seperti HDP dan CHP harus berusaha menarik simpatik rakyat Turki terutama swing voters dan pendukung AKP.

Untuk memprediksi hasil pemilu parlemen Turki, mari kita lihat terlebih dahulu dari prilaku memilih rakyat Turki dengan tiga model behaviour politics yang diutarakan oleh Saiful Mujani dan William Liddle. Pertama model sosiologis, kedua model psikologis, dan ketiga model rational choice (Mujani dan Liddle, 2011).

Model sosiologis mengatakan bahwa ciri-ciri pemilih dalam pemilu adalah berpendidikan dan memiliki ekonomi yang baik. Karakteristik dari pemilih ini adalah ditinjau dari kelas sosial, agama, dan etnik. Model psikologis mencakup party id, opini tentang isu kebijkan publik, dan opini tentang keperibadian tokoh. Sedangkan model rational choice mengatakan bahwa pemilih akan mengikuti pemilu dan mendukung aktor politik jika dirasa mereka dapat melakukan perubahan yang lebih baik. Jika tidak, maka para pemilih rational choice ini enggan untuk memilih.

Konteks pemilu parlemen Turki yang akan segera diselenggarakan sebentar lagi tentu akan di titik beratkan pada ketiga model ini. AKP cukup diuntungkan karena berhasil memenuhi dua dari tiga model prilaku pemilih ini. Dalam model sosiologis, pemilih AKP mayoritas adalah berpendidikan dan memiliki ekonomi yang baik. Ini dibuktikan dengan lumbung suara AKP yang ada di kota-kota besar dan maju di Turki seperti Ankara, Istanbul, dan Izmir. Dalam model sosiologis juga ada beberapa karakteristik yang juga menguntungkan AKP. Yakni kelas sosial dan agama. Erdogan sangat baik namanya di pedesaan. Tentu suara pendesaan bisa menambah suara yang didapatkan AKP dari basis masyarakat kota. Kemudian agama, AKP berada diatas partai lainnya yang memang mencoba memisahkan antara agama dan negara. CHP terus menerus kalah dengan AKP di pemilu karena partai sekuler ini sangat anti agama. Hal ini yang menimbulkan sentimen rakyat Turki yang mayoritas muslim untuk tidak memberikan suaranya kepada CHP.

Model prilaku memilih selanjutnya yang menguntungkan AKP adalah model psikologis. Model psikologis mencakup party id, opini kebijkan publik, dan kepribadian tokoh. AKP berhasil meletakan party id kepada seluruh elemen rakyat Turki. Tidak hanya basis tradisionalnya dari Milli Gorus yang merasakan party id, namun pemilih tengah AKP juga merasakan party id tersebut. Sebagai contoh, ketika perayaan hari penaklukan konstatinopel kemarin, banyak sekali orang-orang yang tidak berjilbab dan non muslim datang dalam perayaan sekaligus kampanye tersebut untuk mendukung AKP. Fenomena ini membuktikan bahwa party id AKP sudah tertanam di basis modernnya. Jika basis tradisional AKP sudah mencapi 35% seperti yang dimuat oleh media zaman, maka AKP membutuhkan sekitar 15% lagi untuk mendapatkan pemilih non tradisional agar berhasil mendapat 50% suara di pemilu parlemen. Dalam opini publik dan ketokohan, AKP juga masih diatas angin. AKP menerapkan strategi kampanye seperti pemilu di Inggris di beberapa tahun lalu. Jargon “Mereka Bicara dan Kami Bertindak” sama seperti slogan partai konservative Inggris yang mengeluarkan jargon “Buruh Tidak Bekerja”. Jargon ini benar-benar menjatuhkan suara Partai Buruh pada saat itu. Belum lagi ketokohan Erdogan yang sangat karismatik di Turki.

Model terakhir dari prilaku memilih adalah model rational choice. Dalam model ini, AKP mungkin akan sedikit kesulitan mendapat suara dari orang-orang realis di Turki. Mengingat ekonomi Turki beberapa waktu melemah, ditambah ketidakpastian Turki masuk ke dalam Uni Eropa. Kemungkinan suara pemilih realis akan diperebutkan ketat oleh AKP, CHP, DHP.

Kemungkinan besar, AKP tetap akan memenangkan pemilu parlemen dengan perolehan suara sekita 45-51%. AKP sudah pasti akan mendapatkan suara setia dari basis tradisionalnya yakni 35%. AKP tinggal mencari 15% suara lagi dari beberapa sektor. Sebagian besar 15% suara tersebut harus didapatkan di pemilih-pemilih realis tersebut. AKP juga masih bisa mendapatkan suara dari rakyat Kurdi. Pendekatan diplomasi Erdogan terhadap penyelesaian masalah Kurdi dapat dikatakan cukup baik. Paling tidak AKP bisa mendapatkan 5% suara dari rakyat Kurdi untuk menambah suara mereka di pemilu parlemen.

Penulis: Pandu Wibowo, Peneliti CIDES, Penulis Karya Ilmiah “Dinamika Gerakan Islamis di Turki”

Related Articles

Latest Articles