Site icon SuaraJakarta.co

Fakta Kenapa Kudeta Turki Gagal?

Oleh Arya Sandhiyudha, Ph.D*

Komplotan kudeta Turki pasti berharap kejutan pagi dini hari waktu Turki ini menguntungkan mereka. Kecepatan aksi militer yang dikerahkan di kota-kota besar dan menguasai obvitnas menunjukkan kualitas pengorganisasian dan efisiensi kinerja mereka. Dalam situasi yang masih terus berkembang, ada sekitar 90 warga sipil meninggal dunia, 134 orang terluka, dan 2.839 militer pro kudeta telah ditangkap. Namun, segala upaya kudeta kian melemah.. Saya sendiri sejak awal menduga peluang gagal sangat tinggi karena beberapa hal.

1. Polarisasi Faksi

Seperti yang kita lihat di tahun 2015 ketika pemilu Turki, AKP/ Partai Keadilan dan Pembangunan memenangkan 49,5 persen suara, negara ini sangat terpolarisasi antara kaum Sekuler, Islamis, Kurdi dan Nasionalis.

Turki memiliki sejumlah oposisi terhadap Islam yang menentang agenda politik berhaluan neo-Ottoman dalam arah kebijakan luar negeri Erdogan, tapi di sisi lain mereka pendukung Presiden yang absah secara demokratis. Selain itu, ada banyak orang Turki yang anti-Erdogan belum tentu juga pro-kudeta, karena mengingat trauma ketidakstabilan ekonomi dan politik di masa lalu ketika kudeta terjadi di Turki. Upaya kudeta ini adalah jelas merupakan produk dari faksi elit dalam militer yang nampaknya tidak sukses untuk menjalankan kudeta.

2. Apa yang Telah Dicapai Kudeta?

– Transportasi

Tanda-tanda pertama dari kudeta itu terungkap melalui upaya sistematis pemotongan kendali atas jalur transportasi. Para prajurit ditempatkan di jembatan utama di Istanbul dan menyumbat beberapa jalan di Ankara dan Izmir. Pesawat Jet Turki F-16 terbang rendah di langit-langit Ankara. Warga sipil disuruh tinggal di dalam rumah. Bandara di seluruh kota ditutup dan penerbangan dihentikan.

– Menggeser Aktor Utama

Menggunakan momentum ketika Presiden Recep Tayyip Erdogan berada di luar kota, tentara Turki mengepung markas Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Istanbul. Tank menuju ke istana perdana menteri di Ankara, tetapi semua dibalas warga pemrotes dengan memblokir beberapa tank. Helikopter pro kudeta dilaporkan ditembak di istana ketika tank mendekat.

– Kendali Infrastruktur Utama

Meskipun tidak jelas apakah listrik terputus di beberapa bagian dari kota utama Turki, jelas bahwa tentara melakukan sabotase terhadap beberapa infrastruktur utama pemerintah, seperti Dolmabahce Palace.

– Media Komunikasi

Beberapa media dan saluran komunikasi diambil alih oleh tentara, termasuk kantor televisi negara dan memerintahkan karyawannya untuk meninggalkan tempat. Karyawan media pemerintah diberitahu bahwa sekarang negara berada dalam tanggung jawab militer, sehingga mereka disarankan tinggal di rumah dan diberitahu bahwa siaran berikutnya akan ditunda hingga esok harinya. YouTube dan media internet lainnya diblokir beberapa saat dan dibuat melambat.

3. Apa yang Tidak Dicapai Upaya Kudeta?

Para pro Kudeta belum sukses menaklukan dua komponen penting dari kriteria kudeta yang berhasil.

– Dukungan Masyarakat

Demokrasi telah menggariskan bahwa yang akan menentukan siapa yang keluar sebagai pemimpin di Turki adalah rakyat. Counter-coups mendukung Erdogan bergerak cepat dan massif, dan mereka keluar rumah pada dini hari mengungkapkan dukungan untuk presiden dan partainya.

Militer dikerahkan untuk melakukan pendudukan dan pengamanan di tempat-tempat umum utama seperti Taksim Square, tapi sekarang kehadiran aksi balasan lebih luas dan kuat. Polisi anti huru hara juga telah bergabung dengan para demonstran aksi balasan, menembakkan senjata di udara dan meminta tentara untuk meninggalkan tempat.

Meski militer menembaki demonstran di Jembatan Bosporus, mereka yang menghasut kudeta jelas malah makin kehilangan dukungan publik. Hal unik, Erdogan meskipun Presiden masih menjadi magnet gerakkan rakyat lawan kudeta di jalanan.

Klik militer juga salah kalkulasi duduki tempat strategis. TV nasional dikuasai, namun lupa provider satelitnya ada di tempat lain. Setelah siaran, blackout! Respon cepat kepala cabang AKP Istanbul juga menentukan. Ia pergi ke saluran TV swasta menyerukan warga untuk “menolak kudeta dan menuju ke bandara untuk menyambut kedatangan Erdogan.” Laporan terakhir menunjukkan bahwa pemerintah telah direbut kembali kontrol televisi negara.

– Soliditas Aktor Keamanan Nasional

Terakhir, kudeta yang sukses membutuhkan soliditas pasukan keamanan; Di Turki, tanda-tanda konflik di antara berbagai lapisan militer ternyata masih eksis. Diantara buktinya, diduganya Muharrem Kose sebagai aktor utama kudeta.

Sebelumnya, ditunjuknya Panglima Militer baru: Umit Dundar menggantikan Hulusi Akar, juga mengindikasikan itu. Helikopter pro kudeta yang menyerang kantor MIT/Badan Intelijen Nasional-nya Turki, diindikasikan sebab Kepala MİT Hakan Fidan merupakan orang kepercayaan Erdogan, sebagaimana Menhan Fikri Işık. Belum lagi Kepolisian yang berperan sebagai ujung tombak penangkapan militer pro kudeta. Maknanya aktor keamanan nasional terbelah.

Hal lain, tidak bisa dinafikkan, pernyataan sikap anti Kudeta dan dukungan terhadap pemerintahan sipil demokratis dari Amerika Serikat dan Jerman di awal juga partai-partai dan kelompok oposisi sangat berperan bagi gagalnya kudeta.

Secara internasional, mungkin dampak dari langkah normalisasi dengan beberapa negara seperti Israel dan Rusia. Seakan merefleksikan back to indepth strategy-nya Ahmet Davutoglu, mantan Menlu Turki dan mantan Perdana Menteri Turki.

*Pengamat Politik Internasional
Doktor Bid Ilmu Politik dan Hub Internasional dari Fatih Univ, Turki
Master Bid Studi Strategis

Exit mobile version