Site icon SuaraJakarta.co

Terbakarnya Museum Bahari Menjadi Kerugian Bagi Ibukota

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Terbakarnya Museum Bahari yang merupakan gedung bersejarah peninggalan kolonial Belanda di Jakarta Utara pada Selasa (16/1) menjadi kerugian sejarah bagi Ibukota. Selain kehilangan potensi wisatawan mancanegara khususnya Eropa, warga Jakarta tidak dapat lagi melihat wujud utuh benda-benda peninggalan sejarah di museum itu.

Kepala Museum Bahari, Husnison Nizar mengatakan gedung utama museum itu terdiri dari tiga bagian yakni Gedung A (depan Jalan Pasar Ikan), Gedung B (bagian tengah), dan Gedung C (bagian belakang gedung). Dia mengatakan, api muncul pertama kali dari gedung C bagian utara. “Yang terbakar pertama itu gedung C lokasinya berada di sisi utara,” kata dia.

Saat itu, kata dia, sudah ada sekitar 30 pengunjung. Kemudian dievakuasi ke lokasi aman di luar gedung agar tidak menjadi korban. “Kayu jati yang terbakar menghasilkan asap tebal sehingga membuat petugas cukup sulit memadamkan dalam gedung,” tambahnya.

Di gedung itu, ada navigasi laut di lantai I, miniatur mercusuar, alat bantu pelayaran seperti kompas, serta perahu tradisional. “Di bagian bawah gudang ini menyimpan peralatan kerja dan tempat penyimpanan, sedangkan pada bagian atasnya memamerkan alat navigasi perahu tradisional,” ujar Husnison.

Ia belum bisa menyebutkan benda bersejarah yang terbakar di museum yang menampung sedikitnya 700 benda bersejarah itu. “Gedung sisi utara habis terbakar, ruang dua dan tengah belum kita cek, semoga aman. Di Gedung C blok II sejumlah miniatur dan stand biota laut juga ada yang belum terbakar,” ungkap Husnison.

Mengenai penyebab kebakaran, ia menjelaskan kemungkinan besar berasal dari arus pendek listrik. Pihaknya sudah merencanakan pergantian instalasi listrik. Namun renovasi yang dilakukan tahun lalu belum menyentuh instalasi listrik. “Sejak lima tahun terakhir renovasi, kita utamakan pergantian komponen kayu, reng, kaso yang rapuh, pemberian lapisan genteng, pengecatan, serta mendatangkan pesanan kayu jati dengan anggaran sekitar Rp 7 miliar,” kata dia seraya menambahkan museum tersebut pernah mengalami kebakaran kecil pada 1977. (man)

Exit mobile version