SuaraJakarta.co, JAKARTA – Kasus diduga bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur, kemarin menyisakan banyak pertanyaan.
Beberapa pengamat bahkan kepolisian pun telah menetapkan bahwa aksi bom menjelang Hari Raya Kenaikan Isa Almasih dan Bulan Suci Ramadan itu adalah karena ulah jaringan terorisme internasional, yaitu ISIS.
Namun, jika dilihat lebih jauh, pada 9 April 2017 silam, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menegaskan bahwa 95 persen dari serangan terorisme di dunia adalah buatan Badan Intelejen Amerika (CIA).
Penilaian Putin itu sebagaimana terekam dalam pernyataannya yang dikutip oleh laman geopolitica.ru pada Minggu (9/5) dalam menanggapi aksi pengeboman yang terjadi di kota terbesar kedua di Rusia, yaitu St Petersburg, tepatnya di dalam stasiun kereta api bawah tanah (metro station).
Sebagaimana diketahui, tragedi naas tersebut telah menewaskan 11 orang dan 50 orang luka-luka. Alat peledak disimpan dalam sebuah tas. Bom kedua ditemukan dan dijinakkan di atas sebuah kereta lainnya di stasiun.
Putin berkata, “Jika CIA memiliki darah seorang warga negara Rusia di tangannya, mereka akan selamanya menyesali bahwa (kejadian itu) telah membangunkan Rusia dari tidur panjangnya,”
Putin bahkan mengakui bahwa CIA adalah elemen utama dari sebuah negara dalam negara (deep state), “dan CIA adalah ekspresi dari keinginan oligarki dunia dimana visi mereka adalah membentuk Tatanan Dunia Baru,” jelas Putin.
Putin juga menjelaskan bahwa CIA menunjukkan eksistensinya hari ini sebagai bagian dari sebuah negara bernama Amerika Serikat, tapi, tambah Putin, ia bukanlah warga Amerika itu sendiri.
“CIA tidak bekerja atas nama atau bertindak atas dasar kepentingan orang Amerika,” tambah Putin.
“Dan seluruh manusia di dunia ini telah dimanipulais untuk menjadi seolah tidak sadar melalui penggunaan program media dan politik,” jelas Putin.
Lalu, dengan demikian, apakah pengeboman yang terjadi di Kampung Melayu, Jakarta Timur, juga bagian dari ulah agen CIA yang bekerja di Indonesia? (RDB)