SuaraJakarta.co, JAKARTA – Perilaku Menteri Kelautan dan Perikanan di Pemerintahan Jokowi-JK, Susi Pudjiastuti, tampaknya terus menuai sorotan dari kalangan warga sipil. Sorotan dari warga sipil tersebut memuncak terutama terjadi pasca pengumuman kabinet dalam rentang waktu 4 hari, yaitu mulai dari Minggu 26 Oktober 2014 hingga hari Rabu 29 Oktober 2014.
Media Monitoring, Awesometrics, dalam rilisnya menyebutkan bahwa sorotan publik terhadap akun @susipudjiastuti bahkan melebihi akun @aniesbaswedan yang sebelum adanya pengumuman kabinet masih menempati posisi teratas soal mention dan jumlah follower. Tercatat, mention terhadap @susipudjiastuti mencapai 3000, sedangkan akun @aniesbaswedan beda tipis pada angka 2.940.
Adanya sorotan publik terhadap sosok serta kinerja menteri lewat akun media sosial seperti ini, menurutnya, adalah langkah yang bagus untuk mendapatkan input dari publik soal kebutuhan yang mendesak dan juga sebagai public watch dog ntuk menyelesaikan persoalan.
“Dengan adanya kebutuhan yang mendesak untuk menyelesaikan segala persoalan di masyarakat, publik kini lebih memanfaatkan jejaring social media, seperti halnya twitter dan facebook”, kata Associate Director Awesometrics, Tomi Satryatomo, dalam rilis yang dikirimkan Rabu (29/10/2014).
Pro-Kontra Menteri Susi
Lebih lanjut, dengan adanya akun menteri di media sosial tersebut, membuat publik lebih mudah menyoroti kinerja dan sosok menteri yang terpilih, baik dilakukan secara mention langsung ke akun yang bersangkutan atau sekadar menjadi curhatan atau opini yang disampaikan ke publik.
Sorotan publik tersebut, termasuk soal perilaku merokok dan bertato di kaki yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan yang memiliki bisnis usaha penerbangan Susi Air tersebut. Dengan kata lain, dengan adanya sorotan publik yang intensif terhadap kinerja dan sosok menteri tersebut, membuat publik menjadi terbelah: antara tidak atau mempersoalkan perilaku merokok dan bertato pebisnis ikan tersebut.
“Jangan hakimi orang dari luarnya. Kata Nabi, ada pelacur masuk surga karena beri minum anjing; ada wanita sholehah masuk neraka karena menyiksa kucing”, tutur @sahal_AS
“Tugas utama menteri agama adalah mendesak MUI agar menghalalkan rokok. Yang penting Bu Susi senang. Tuga utama menteri kesehatan adalah menjamin agar Bu Susi tetap sehat walau rajin merokok”, sindir Jonru, sebagaiman diliput oleh Solo Pos (29/10)
Pemimpin Itu Soal Keteladanan
Namun demikian, ada pandangan berbeda dan menarik yang disampaikan oleh seorang Mahasiswi FH UGM, yaitu Mandira Bienna Elmir. Mahasiswi 22 tahun yang sedang magang di UKP4 untuk menangani divisi LAPOR ini, dalam status Facebooknya, dapat memberikan pandangan berimbang, sesuai dengan pengalaman pernah menggunakan jasa Susi Air sewaktu pergi ke Atambua, dan terlihat apa adanya dalam menanggapi pro-kontra tersebut.
“Saya ga pernah ketemu in person sama bu susi sih. Tapi, karena dulu saya sempet tinggal di Atambua (orang Indonesia aja belum tentu tau daerah ini, di perbatasan Timor Leste, NTT) jadi tau sama Susi Air. Susi Air itu pesawat perintis di daerah-daerah pedalaman, penerbangan-penerbangan yang ke pedalaman daerah timur macem Papua, NTT, sampe daerah Jawa macem Pangandaran dibuka oleh Ibu Susi”
Lanjutnya, menurut Mahasiswi yang pernah aktif di Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum UGM ini, Ibu Susi tidak sekadar berhasil membuka akses untuk masyarakat pedalaman, tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sana.
“Waktu tsunami 2004, juga ayah saya yang termasuk relawan yang ke sana cerita bahwa pesawat bu susi yang pertama kali bisa mendaratkan pesawatnya, masukin dan ngerahi bantuan pake dananya sendiri. Itu semua, tidak diliput media”
Namun demikian, mahasiswi berkacamata yang sedang menulis skripsi ini, menekankan bahwa seorang menteri adalah public figure. Seorang teladan yang secara tidak langsung menjadi contoh untuk banyak orang.
“Bukan masalah kita ngelarang Beliau mau ngelakuin berbagai hal. Tapi, Beliau nggak sadar sudah jadi public figure which is secara gak langsung jadi contoh buat banyak orang. (Beliau) seorang ibu, istri, menteri pula mungkin bisa kasih contoh buat rakyatnya. Karena pemimpin itu bukan hanya masalah bisa kerja atau tidak, tapi juga keteladanannya”, Tegas Mandira yang disampaikan dengan bahasa ceplas-ceplosnya (ARB)