SuaraJakarta.co, JAWA BARAT – Situasi politik menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) sudah mulai menemukan bentuk dan warnanya. Para bakal calon Gubernur Jabar yang diperkirakan akan maju juga mulai tampak mengkerucut.
Setidaknya hingga hari ini dapat diprediksi akan tampil tiga kandidat di Pilgub Jabar. Pertama, pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu yang sudah pasti didukung oleh PKS, Partai Demokrat dan PAN. Kedua, Ridwan Kamil yang didukung oleh Partai NasDem dan Partai Golkar. Ketiga, pasangan kandidat yang akan diajukan oleh PDIP, yang saat ini dalam penggodokan dan akan diumumkan pada waktu yang tepat oleh Ketua Umum Megawati.
“Jika kita perhatikan konfigurasi koalisi partai politik di Pilgub Jabar, yang paling solid adalah koalisi pengusung Deddy Mizwar. Dari spektrum yang ada, kami perkirakan Partai Gerindra akan kembali ke pangkuan ideologis, yaitu mendukung Deddy Mizwar bersama PKS, Demokrat dan PAN,” ujar Direktur Pusat Kajian Survei Opini Publik (PKSOP), Ziyad Falahi melalui pesan elektronik kepada media, Rabu (6/12/2017).
Dia mengungkapkan, agak sulit jika Partai Gerindra mengusung Ridwan Kamil yang telah bertindak ‘tidak etis’ melukai hati pendiri dan Ketua Umum Partai Gerindra, yang telah berjasa menyulapnya menjadi manusia politik yang terpandang seperti saat ini.
Demikian juga, agak aneh jika Partai Gerindra sebagai pemimpin oposisi banting stir mendukung kandidat calon Gubernur Jabar yang diajukan oleh PDIP sebagai partai berkuasa.
Sementara ini, koalisi pendukung Ridwan Kamil terlihat masih sangat keropos, terutama dihadapkan pada situasi terbaru penetapan status tersangka dan penahanan terhadap Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto.
Bahkan, jika di akhir Desember 2017 atau awal Januari 2018 digelar Munaslub Partai Golkar untuk mengganti Setya Novanto selaku Ketua Umum, maka terbuka peluang koalisi NasDem-Golkar bakal bisa ‘cerai’ di tengah jalan.
Kondisi internal Golkar juga diperparah dengan tidak solidnya dalam menentukan arah koalisi. Terlebih, Ketua DPD Tingkat I Partai Golkar Provinsi Jabar yakni Dedi Mulyadi, sangat berambisi maju jadi Cagub maupun Cawagub Jabar.
“Tentu sangat wajar jika Dedi Mulyadi selaku Ketua Golkar Jabar tidak setuju koalisi dengan Nasdem untuk mengajukan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur yang diputuskan oleh Setya Novanto. Peluang sangat besar untuk memenangkan Jabar, justru jika Partai Golkar bersatu dengan PDIP mengusung pasangan Puti Soekarno-Dedi Mulyadi atau TB Hasanudin-Dedi Mulyadi,” tegas Ziyad.
Pengamat politik alumnus pascasarjana UI tersebut menilai, kans PDIP yang memiliki 20 kursi di DPRD Jabar sangat terbuka luas, karena memiliki 20 kursi yang dapat mengajukan calonnya sendiri di Pilgub Jabar, tanpa harus berkoalisi dengan parpol lain.
Tapi, dia sarankan, sebaiknya PDIP mengajukan salah satu kadernya untuk menggandeng kader Partai Golkar guna meningkatkan peluang keterpilihan (elektabilitas) di Pilgub Jabar medio Juni 2018 mendatang.
“Sebuah kesalahan sangat besar jika PDIP kembali tak mengajukan kadernya sendiri di Pilgub Jabar. Di Jawa Timur, banyak kader akar rumput sangat kecewa karena PDIP yang mempunyai segudang kader berkualitas, tapi justru tak diajukan berlaga di arena pilkada,” pungkas Ziyad.