Site icon SuaraJakarta.co

Pemuda PUI: Jokowi Jangan Permalukan Indonesia !

SuaraJakarta.co, JAKARRTA – Atas desakan berbagai pihak, akhirnya presiden Joko Widodo memberhentikan Menteri ESDM Archandra Tahar (AT) yang telah dilantik dua puluh (20) hari. Baru pertama kali ini sejarah mencatat seorang menteri yang singkat. Padahal sebelumnya, ia menjadi harapan terbaik sebagai pengganti Sudirman Said. Soal ESDM adalah kementerian strategis yang menyangkut ketahanan negara di bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. Polemik ini direspon Pengurus Pusat Pemuda PUI.

Ketua Umum Pemuda PUI, Raizal Arifin menilai bahwa carut marut pengangkatan AT adalah bukti lemahnya kepemimpinan presideng Jokowi.

“ini bukti manajemen negara yang amburadul. Bagaimana bisa seorang menteri tidak diketahui identitas kenegaraannya. Menteri dipilih bukan saja dilihat kapabititas, kepepimpinan dan kejeniusannya maupun kepakarannya. Tetapi, jiwa nasionalismenya harus dilihat.” Selasa (16/8).

Dalam pergaulan di tingkat dunia, Indonesia akan terus disorot. Sengkarut kenegaraan telah menjadi berita internasional. Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai negara besar, tidak mampu mengelola negara secara jelas sebagaimana RPJMN. Indonesia seperti miskin negarawan, miskin orang-orang terbaik dalam memimpin. Indonesia merdeka telah 71 tahun. Namun selalu tertinggal.

Di mata Azam, sebutan akrabnya, “bagaimana cara kerja Sekretaris Negara, BIN dan pihak keimigrasian atau menteri luar negeri yang tidak memiliki informasi lengkap tentang seseorang yang akan menjadi menteri. Bahaya kalau cara koordinasi eksekutif tidak berjalan baik. Saya meminta presiden Joko Widodo jangan mempermalukan Indonesia dengan sistem begini.”

Yogi Agus Salim Ketua Pemuda PUI Bidang Informasi dan Pengembangan Wilayah pun presiden untuk tidak malu jika tidak mampu memimpin.

“saya perhatikan secara seksama, pemerintahan ini terlihat paling kontroversial. Masa karena alasan AT, tiba-tiba UU Dwi Kewarganegaraan akan segera dibuat. Pemimpin ini seperti dalam dongeng. Bim Salabim Aba Kadabra. Negara mau dibawa ke mana, seperti dalam Nawa Cita, gak jelas arahnya. Kalau memang tidak mampu pa Jokowi, ya kembalikan mandat rakyat. Itu lebih terhormat,” ungkapnya.

Exit mobile version