PDIP Harus Pilih Cagub Berlatar Jawa dan Sunda Karena Etnis Mayoritas

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti Fahmi Habsee menilai jika ingin memenangkan Pilgub DKI, PDI Perjuangan harus mengusung cagub beretnis Jawa dan Sunda, dan bukan dalam posisi cawagub.

Oleh karena, secara rasional, kedua etnis tersebut adalah mayoritas di DKI Jakarta. Sehingga, sentimen etnis akan memengaruhi kemenangan PDI Perjuangan di Pilgub DKI Jakarta.

“Pemilih mayoritas etnis Jawa dan Sunda, rasionalnya cagub harus orang Jawa atau Sunda kalau PDIP ingin menang,” ujar Fahmi di Jakarta, sebagaimana dikutip dari laman inilah.com, Kamis (18/8).

Diketahui, hingga kini, PDI Perjuangan belum menentukan secara resmi siapa pun kandidat cagub-cawagub yang akan diusung. Meskipun tersiar kabar akan mengusung duet Ahok-Djarot, namun diyakini PDI Perjuangan tidak akan sembarang dalam mengambil keputusan.

BACA JUGA  Wih! Ahok Minta TNI dan Polri Jadi Mandor Honorer Keamanan di DKI

“Tidak ada itu (dukung Ahok-Djarot). Percayalah, PDIP pilih cagub yang bisa membuat kader dan akar rumput jadi militan dan mau bangun pagi-pagi ke TPS. Dan bukan militansi ‘teman-temanan’,” tambah Fahmi

Dia mengklaim mendapat info dari elit salah satu petinggi partai pendukung Ahok, jika PDI Perjuangan berani mengusung kader partai sendiri maka akan ada salah satu partai pendukung Ahok yang berbalik badan mendukung cagub PDIP dan meninggalkan Ahok.

“Otomatis Ahok tidak bisa maju cagub, karena tidak cukup kursi, “ujar politisi PDIP ini.

Fahmi mengatakan jika PDI Perjuangan resmi mengusung Ahok, maka akan menjadi sebuah “tragedi” ketika PDIP sedang membangun loyalitas, pendidikan politik dan sekolah kader yang disiapkan menelurkan pemimpin-pemimpin daerah, kemudian malah mengusung cagub ‘sekelas’ Ahok.

BACA JUGA  DPR Siap Galang Hak Angket Jika Ahok Tidak Dinonaktifkan

Fahmi mengatakan belum masuk akal jika partai militan dan ideologis PDI Perjuangan kemudian menempatkan “kehormatan dan posisi tawar politik tinggi” hanya mengusung kader jadi cawagub, dan malah mengusung cagub seperti Ahok, yang diketahui rekam jejak terbiasa melakukan “avonturisme” politik dengan berpindah-pindah partai. PDIP juga belajar banyak dari pengalaman pahit Gerindra tahun 2012.

“Kalau memang sudah kepepet dan ketika menengok dibelakang PDIP hanya tembok, ya apa boleh buat Ahok dijadikan cawagub. Bisa Djarot-Ahok, Risma-Ahok, atau siapapun kader PDIP dengan cawagub Ahok, “pungkasnya.

Related Articles

Latest Articles