Site icon SuaraJakarta.co

Jokowi Kian Tidak Populer di Mata Masyarakat

Presiden Joko Widodo. (Foto: Harian Terbit)

Presiden Joko Widodo. (Foto: Harian Terbit)

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Baru 6 (enam) bulan memimpin Indonesia, tampaknya Jokowi harus menyadari realita bahwa kepemimpinannya belum dirasa baik oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut sebagaimana hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Survei Poltracking Indonesia dalam melakukan survei kepada 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Sebanyak 48,5 persen publik menyatakan tidak puas dan hanya 44 persen yang mengatakan puas”, tutur Hanta Yudha, Direktur Poltracking kepada wartawan, sebagaimana dikutip dari laman beritasatu.com, minggu (19/4).

Kian tidak populernya Jokowi di mata masyarakat tersebut dikarenakan masyarakat masih merasakan belum maksimal realisasi janji-janji dan visi Nawacita dengan implementasinya di masyarakat.

“Tingginya kepuasan publik itu masuk akal mengingat janji-janji pemerintahan Jokowi-JK dalam mengimplementasikan Nawacita masih belum maksimal”, tambah alumnus strata satu dari Universitas Gadjah Mada tersebut.

Dirinya menambahkan bahwa faktor yang paling menentukan turunnya tingkat kepuasan masyarakat adalah karena faktor ekonomi hingga mencapai prosentase 66,6 persen. Selebihnya, faktor yang paling menentukan adalah soal hukum sebesar 55,6 persen dan keamanan sebesar 50,7 persen.

“Hal tersebut disebabkan masalah kebutuhan pokok. Seperti naiknya harga BBM, rendahnya daya beli masyarakat. Sedangkan, di bidang hukum disebabkan adanya kisruh Polri-KPK dan internal parpol”, tambahnya dalam survei yang dilakukan dari 23 hingga 31 Maret 2015 tersebut.

Hanta mengingatkan Jokowi perlu membangun komunikasi politik yang baik, khususnya dalam membangun koordinasi yang baik antar lembaga negara maupun partai politik pengusung dirinya sewaktu kampanye

“Selain itu, pemerintah Jokowi perlu membangun komunikasi politik dengan baik. Karena boleh jadi rendahnya kepuasan publik disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang sinergis, sehingga tidak terjalin koordinasi yang mampu menghasilkan komunikasi publik yang efektif”, tuturnya dalam survei yang menggunakan metode acak sederhana dengan toleranis kesalahan hingga 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Exit mobile version