Site icon SuaraJakarta.co

Genjot Kedaulatan Pangan, Mendes Fokuskan Pertanian di Desa

Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Eko Sandjojo (kanan), Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Inovasi dan Teknologi Pertanian Mat Syukur (tengah), Rektor Universitas Lampung Hasriadi Mat Akin menjadi pembicara Seminar Nasional Kedaulatan Pangan di Kampus Universitas Lampung, Bandar Lampung, Selasa (18/10/2016). Seminar ini bertema "Negara Hadir dalam Kedaulatan Pangan". (Foto: Wahyu Wening)

SuaraJakarta.co, LAMPUNG – Kedaulatan pangan semakin digenjot dengan memfokuskan bidang pertanian di desa. Di mana, sebanyak 80 persen masyarakat desa hidup bertani.

Hal tersebut dikatakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Sandjojo pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan di Aula Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Selasa (18/10). Menurutnya, potensi tersebut memungkinkan bagi desa untuk menjadi motor penggerak ekonomi negara.

“Desa harus memiliki fokus. Program One Village One Product (satu desa satu produk) bisa menciptakan skala produksi sehingga sarana pasca panen bisa masuk,” terangnya.

Mendes Eko mengatakan, kemajuan negara akan memberikan impact (dampak) pada ketahanan pangan. Dalam hal ini Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dapat berperan sebagai penyalur pangan sehingga harga menjadi terkendali.

Di sisi lain, BUMDes juga bisa membentuk sarana pasca panen melalui bantuan pihak swasta. Menurut Mendes Eko, pihak swasta yang masuk ke pasca panen PPh-nya (Pajak Penghasilan) akan dikurangi 10-15 persen.

“Presiden memberikan kewenangan kepada desa untuk mengelola ekonominya. Tahun ini pemerintah pusat mengucurkan Dana Desa Rp46,9 Triliun dan tiap tahun akan terus bertambah. Dana tersebut bisa digunakan untuk pengembangan ekonomi salah satunya dengan membentuk BUMDes,” ujarnya.

Mendes Eko melanjutkan, desa memiliki potensi besar untuk menjadi desa mandiri. Namun tentunya, hal tersebut tidak terlepas dari dukungan gubernur, bupati dan camat. “BUMDes yang ditangani BUMN geraknya cepat. Rencana ke depan akan membentuk Holding BUMDes dengan BUMN,” ujarnya.

Terkait hal tersebut, Gubernur Lampung Ridho Ricardo mengungkapkan, 97 desa di 14 kabupaten di Lampung adalah sebagai desa pangan. Produksi padi lampung adalah yang terbesar ke dua di Sumatera dengan produksi sebanayak 3,322 juta ton per tahun, dan produksi jagung sebanyak 1,9 juta ton per tahun. Tidak hanya itu, Lampung juga kaya akan produk hasil perkebunan, yakni kopi robusta dan lada hitam.

“Saat ini kita memperkuat infrastruktur pertanian dengan perbaikan irigasi-irigasi yang ada dengan bantuan ratusan pompa air. Kita juga buat embung, selain itu mencoba untuk keluar dari sistem pupuk nasional. Karena ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketersediaan air,” ujarnya.

Di sisi lain, Rektor Universitas Lampung Hasriadi Mat Akin menjelaskan, ketahanan pangan terwujud apabila telah terjadi kecukupan pangan. Adapun peran perguruan tinggi, adalah melalui berbagai kajian, inovasi dan riset untuk menciptakan nilai pangan yang tinggi. “, IPTEK merupakan faktor kunci untuk perubahan,” ujarnya.

Sebagai informasi, Kemendes memiliki wadah untuk Perguruan Tinggi yaitu forum Pertides (Perguruan Tinggi untuk Desa). Ada sekitar 40 ribu mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang masuk desa.

Exit mobile version