SuaraJakarta.co, JAKARTA – Persoalan sederhana dalam urusan keseharian, bisa menjadi tidak biasa ketika masuk dalam persoalan politik. Ditambah jika persoalan politik tersebut menyangkut tema sejarah tentang biografi founding fathers negeri ini, yaitu Soekarno.
Hal tersebut sebagaimana tercermin dari kesalahan fatal Presiden Jokowi dalam menyebutkan tempat kelahiran Soekarno, yaitu di Blitar. Kesalahan fatal Presiden Jokowi tersebut tak ayal mengundang tanggapan dari pentolan Partai Rakyat Demokratik (PRD) sebagai lembaga underground yang menempatkan salah satu kadernya, Budiman Sudjatmiko, sebagai anggota legislatif terpilih di PDIP.
Pentolan PRD tersebut adalah Wakil Ketua Umum Haris Sitorus, yang menilai bahwa kesalahan tersebut harus ditindak, karena Jokowi notabene adalah kader dan diusung oleh PDIP.
“Dia mengusung soal pemikiran Bung Karno soal Trisakti (saat kampanye), tetapi soal kecil (tempat lahir Bung Karno) dia tidak tahu. Jangan-jangan dia (presiden) tidak paham makna Trisakti,”, tuturnya sebagaimana dikutip dari laman Aktual.co, Jumat (5/6).
Pembuat Teks Pidato Minta Maaf
Ditelusuri, ternyata Presiden Jokowi sempat melakukan pengecekan tempat kelahiran Soekarno tersebut di dalam naskah teks yang dibuat oleh Sukardi Rinakit. Doktor alumnus NUS Singapura tersebut bahkan sempat mengatakan bahwa Jokowi lebih mengetahui bahwa Soekarno lahir di Surabaya.
“Presiden waktu itu meminta saya untuk memeriksa. Karena seingat Beliau, Bung Karno lahir di Surabaya. Tanpa memeriksa lebih dalam dan seksama, saya menginformasikan kepada Presdien bahwa Bung Karno lahir di Blitar,” tuturnya sebagaimana dikutip dari laman kompas.com, Jumat (5/6).
Namun demikian, saat itu, mantan direktur Soegeng Soerjadi Syndicate tersebut tetap bersikukuh bahwa Soekarno lahir di Blitar dengan mengacu pada situs Tropenmuseum.nl.
“Soekarno (ook wel gespeld als Sukarno), geboren als Kusno Sosrodihardjo, Blitar 6 Juni 1901 – Jakarta 21 Juni 1970) was de errste president van de Republiek Indonesia”.
Atas kesalahan tersebutlah Aktivis PRD, Haris Sitorus, meragukan kapasitas tim pembuat pidato Jokowi dalam hal sejarah karena menganggap semua orang sudah tahu dimana tempat lahir proklamator RI tersebut.
“Itu kesalahan yang sangat fatal sekali, penguasaan tim pembuat pidato itu layak diragukan kemampuannya dalam persoalan sejarah. Ini suatu persoalan yang kelihatannya kecil karena umum semua sudah tau (tempat kelahiran Bung Karno dalam pelajaran sejara),” papara Haris di Jakarta.