Site icon SuaraJakarta.co

DPD Minta Menteri Anies Buat Kurikulum yang Asik

Pelajar salah satu sekolah SD Islam di Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten. (Foto: Fajrul Islam)
Pelajar salah satu sekolah SD Islam di Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten (10/9). (Foto: Fajrul Islam/SuaraJakarta)
SuaraJakarta,.co, JAKARTA — Penghentian Kurikulum 2013 oleh Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah (Menbuddikdasmen) Anies Baswedan membuat saat ini sekolah di Indonesia tidak punya kurikulum yang seragam. Pasalnya, walau sudah dihentikan, Kurikulum 2013 masih diterapkan di 6.221 sekolah yang sudah menerapkan kurikulum ini selama tiga semester sebagai percontohan dan sisanya yaitu sebanyak 211.779 sekolah, kembali menerapkan Kurikulum 2006.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris mengatakan, dirinya mendapat banyak SMS dan email dari berbagai daerah terutama dari para orang tua yang menginginkan ada sebuah formulasi kurikulum yang mampu menghadirkan proses belajar mengajar menjadi asik dan menyenangkan.

“Harapan saya, kondisi seperti ini (ada dua kurikulum yang diterapkan) jangan terlalu lama berlangsung. Kami (DPD) meminta Menbuddikdasmen Anies Baswedan segera memformulasikan sebuah kurikulum di mana peserta didik bisa menikmati proses belajar mengajar dan tentunya yang setara dan berkualitas,” ujar Fahira yang juga Wakil Ketua Komite III DPD yang salah satu bidangnya adalah mengurusi pendidikan ini di Jakarta (29/12).

Salah satu persoalan mendasar pendidikan Indonesia adalah kualitas guru. Oleh karena itu kurikulum ke depan harus menjawab persoalan peningkatan kualitas guru. Menurut Fahira, jika ingin merubah wajah pendidikan kita bukan melulu soal mengganti kurikulum, tetapi bagaimana melatih guru agar mampu membuat proses belajar mengajar menjadi asik dan menyenangkan.

Selain guru, dalam setiap perumusan kurikulum, peserta didik harus didengar aspirasinya. Hal ini menjadi penting karena para guru dan peserta didik-lah yang menjadi aktor utama penerapan kurikulum. Salah satu alasan seringnya pergantian kurikulum di Indonesia, lanjut Fahira, adalah karena nilai peserta didik di Indonesia di tingkat internasional dianggap rendah. Padahal, anak-anak Indonesia pintar.

“Lihat saja, setiap ada olimpiade matematika, fisika, sains tingkat dunia, anak-anak kita selalu dapat medali emas. Artinya, perlu guru yang berkualitas untuk mengajari anak-anak kita yang pintar. Mau tiap tahun ganti kurikulum, kualitas pendidikan kita tidak akan maju selama kualitas guru tidak ditingkatkan. Saya yakin jika pemerintah fokus melatih guru, kualitas pendidikan kita akan melesat maju,” ujar Senator asal DKI Jakarta ini.

Satu lagi yang paling penting dalam penerapan kurikulum, tambah Fahira, adalah kesiapan guru-guru di daerah terutama di Daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan.

“Saya berharap penyempurnaan kurikulum ke depan sesuai fakta dan realitas daerah-daerah di Indonesia. Idealnya turunnya dulu ke lapangan baru kurikulum dirumuskan. Jangan pakai kacamata Jakarta atau daerah lain yang infrastruktur pendidikannya sudah maju. Sehingga kurikulum bisa jadi solusi bukan malah jadi masalah baru. Saya pribadi yakin Menteri Anies punya terobosan membenahi wajah pendidikan kita,” jelas Ketua Yayasan Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri ini.

Exit mobile version