SuaraJakarta.co, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerima sejumlah perwakilan pimpinan Kolese Kanisius di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis sore (16/11).
Perwakilan Perhimpunan Alumni Kolese Kanisius, Affan Alamudi, mengatakan, kunjungan itu dilakukan untuk menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas kehadiran Anies saat peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius di JIExpo Kemayoran, Sabtu (11/11/2017).
Anies juga memberikan pidato pada acara itu.
“Ya mau sowan saja ke Pak Anies. Ingin mengucapkan apresiasi karena sudah datang. Rencananya jam 17.30,” ujar Affan, Kamis siang.
Affan mengatakan, pihaknya telah mendapat konfirmasi bahwa Anies akan menemui perwakilan Kolese Kanisius di Balai Kota.
Namun, Affan enggan mengungkapkan apakah pertemuan itu juga akan membahas terkait insiden walk out yang dilakukan sejumlah alumnus, termasuk komposer Ananda Sukarlan saat kehadiran Anies.
“Apakah itu akan dibahas saya belum tahu,” ujar Affan.
Diketahui, Anies mendapat respons negatif saat menghadiri acara peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius di JIExpo Kemayoran, Sabtu pekan lalu.
Ananda Sukarlan walk out saat Anies tengah berpidato.
Aksi Ananda itu dilakukan karena menilai sosok Anies tidak mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan Kanisius, terutama soal menghargai perbedaan.
Pihak Kolese Kanisius telah menegaskan bahwa apa yang dilakukan Ananda tidak mewakili pihak sekolah, alumni, dan angkatannya.
Atas sikap Ananda Sukarlan itu, Ketua Gema Keadilan DKI Jakarta, Ardy Purnawan Sani mendesak pihak Kolese Kanisius mencabut penghargaan bidang kemanusiaan dan seni musik kepada Ananda Sukarlan.
Ardy menilai sikap Ananda Sukarlan itu yang walk out itu tidak memanusiakan tamu undangan. Dalam hal ini, Anies diundang oleh panitia selaku Gubernur DKI Jakarta.
Oleh karena, tidak layak penghargaan di bidang kemanusiaan namun peraihnya juatru tidak memanusiakan tamu (Anies).
“Menghormati dan memuliakan tamu merupakan refleksi dari intelektual dan attitude seseorang. Apalagi dia (Ananda Sukarlan) seorang penerima penghargaan di bidang kemanusiaan, seharusnya bisa jadi contoh yang baik,” ujar Ardy kepada suarajakarta.co, Rabu (15/11/2017).
Selain itu, Ardy menilai, sanksi yang diberikan kepada Ananda Sukarlan sebagai bentuk menekan sikap-sikap buruk yang menghancurkan persatuan.
“Sikap buruk Ananda Sukarlan jangan diapresaisi atau dibiarkan saja, karena bisa memicu perpecahan dan intoleransi di masyarakat Indonesia semakin tak terbendung,” ujar Ardy.
Menurut Ardy, sikap Ananda Sukarlan merupakan cerminan dari orang-orang yang tidak bisa berkompromi dengan keputusan demokrasi. Padahal, kemenangan Anies sebagai Gubernur DKI mutlak hasil pemilu kepada daerah.
“Ananda Sukarlan itu refleksi dari pendukung Ahok yang tidak terima dengan hasil demokrasi Pilkada DKI Jakarta,” pungkasnya.
Mendengar tanggapan Anies soal kejadian di Kanisius, Ardy mengapresiasi sikap Anies yang menunjukan dirinya sebagai muslim negarawan. Tidak menambah keruh suasana, dan mampu meredam emosi pendukungnya. Bahkan Anies menerima perbedaan sikap itu.
“Begitulah sikap seorang muslim negarawan. Mampu menerima perbedaan dengan jiwa yang tenang,” kata Ardy. (RDB)