SuaraJakarta.co, JAKARTA – Tawuran yang terus menerus berlangsung di Johar Baru membuat Camat Johar Baru Edy Suryaman berkomitmen untuk mencari formulasi terkait pertikaian antar kampung ini. Menurut Edy, tawuran yang sudah terjadi sejak tahun 1970 ini, sulit diprediksi karena ada penguatan yg sudah mengakar bahkan menjadi budaya oleh kepentingan.
“Kami dalam kurun waktu 2 bulan terus secara rutin melakukan konsolidasi wilayah dengan seluruh Lurah di Johar Baru, seiring kunjungan serta dialog baik resmi maupun tak resmi dengan beberapa tokoh masyarakat, warga pelaku yang ikut dalam konflik,” kata Edy kepada Suara Jakarta, Minggu (4/10).
Edy yang sebelumnya menjadi Kabag Kesos dan Lurah Gunung Sahari Selatan ini, tetap optimis akan menyelesaian konflik di Johar Baru dengan cara yang berbeda. Edy menambahkan persoalan di Johar Baru bukan hanya pada satu titik masalah, tapi tawuran hanya merupakan ekses dari kepentingan segelintir pihak yang menjadi pembiaran.
Namun demikian, menurut Edy, pihaknya tidak ingin berpretensi negatif kepada masyarakat sebagai aktor yang membuat ulah, melainkan menciptakan suasana agar seluruh masyakarat dapat menyiasati persoalan dari segelintir kepentingan yang berdampak luas di masyarakat.
“Kalau kami sudah biasa selaku pamong untuk terus mencari penyelesaian dengan memperketat ruang gerak titik rawan, bahkan mereka (pelaku tawuran) sering pula mencari titik kumpul yang semuanya punya benang merah, “jelas Edy.
Edy menambahkan, masalahnya penegakan hukum yang harus menjadi kata kunci untuk ditegakan siapapun pelakunya sehingga mendapatkan sangsi hukum, “Peran aparat begitu penting dalam menindak tegas, “tambah Edy.
Sarana perbaikan kampung sudah kita perbuat hingga RPTRA [Ruang Publik Taman Rekreasi Anak] yang akan di bangun di lahan Rusun Tanah Tinggi, yang di kunjungi lgsung Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahyadi Purnama, hingga Presiden Jokowi melihat langsung kondisi warga Johar Baru.
.Secara terpisah, Wakil Walikota Jakarta Pusat Arifin menegaskan apapun dalam program ke depan terkait pembinaan sektor fisik dan pembinaan hal lain akan dimasukan dalam bentuk program ke depannya.
“Johar Baru akan secara spesifik dana optimalisasi untuk dapat di lakukan dalam cegah antisipasi wilayah yang lebih baik, “pungkasnya.
Senada, Pengamat Sosial Hilmi Ibrahim menjelaskan tawuran yang terjadi di Johar Baru tidak akan berarti apapun meskipun telah dipasang CCTV sebagai monitoring. Hal itu karena penegakan hukum sebagai tindak lanjut tidak pernah dilakukan.
“Tindak tegas karena semua pelaku sebenarnya sudah ada dalam buku hitam, tinggal aparat berani atau tidak untuk secara hukum bukan penyelesaian kriminal toleransi dan preventif sebagai solusi, “tutup Hilmi