SuaraJakarta.co, JAKARTA – Ada yang menarik dari debat capres putaran III pada 22 Juni silam. Masing-masing dari para kandidat, memberikan kejutan dari setiap argumentasi dalam pemaparan strategi untuk dalam mewujudkan persoalan Ketahanan Nasional.
Debat yang bertema “Politik Internasional dan Keamanan” ini ditanggapi secara serius oleh banyak pengamat. Salah satu pengamat Hubungan Internasional yang serius menyoroti hal ini adalah Ganjar Widhiyoga, Dosen Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi Surakarta ini. Menurutnya, masing-masing kandidat memberikan pandangan yang berbeda dari yang lazimnya publik menilai masing-masing calon”.
Dalam memandang Calon Presiden nomor urut satu, Prabowo, misalnya.
“Prabowo mengemukakan visi ketahanan nasional yang di luar dugaan saya. Dalam benak saya, Prabowo akan menyampaikan visi ketahanan nasional ala wawasan nusantara, hankamrata, dan sebagainya. Ini sebuah visi yang standar akan dikeluarkan Prabowo, menurut saya, mengingat latar belakangnya sebagai jenderal di masa orde baru. Namun, ternyata, Prabowo mengambil sudut pandang lain, yakni mengaitkan ketahanan nasional dengan kesejahteraan rakyat, sehingga meletakkan wacana ketahanan nasional sebagai hak rakyat dan kewajiban negara”, tutur Beliau yang juga sedang menempuh Ph.D Candidate di Durham University UK, dalam laman blog pribadinya www.ganjarwy.com.
Sedangkan, pada konteks pemaparan visi-misi Jokowi soal politik Internasional, kejutan yang dihadirkan adalah soal pernyataan eksplisitu yang mendukung kemerdekaan Palestina dan status Palestinan sebagai anggota tetap PBB
“Visi Jokowi, secara umum menurut saya standar. Namun, ia menyampaikan hal yang mengejutkan bagi saya, yakni secara eksplisit mendukung kemerdekaan Palestina dan status Palestina sebagai anggota tetap PBB. Ini tentu nilai plus besar bagi Jokowi, mengingat selama ini, saya pribadi khawatir terhadap komitmen Jokowoi terhadap kemerdekaan Palestina”, papar Ganjar Widhiyoga yang saat ini berdomisili di Newcastle, UK. (ARB)