Site icon SuaraJakarta.co

Pemilik Jas Putih Itu Turun Ke Jalan Demi Keselamatan Pasien

“Kalau bisa, ga usah dirujuk ke RSUD Dok, capek ngantrinya. Untuk ngambil nomor antrian saja harus datang dari sebelum Subuh. Nanti habis itu antri lagi untuk diperiksa. Pokoknya, kelarnya sampe dapet obat itu ya sore!”, keluh Pak Yayat -bukan nama sebenarnya- seorang pasien tidak mampu. Ia memilih datang ke baksos rutin yang diadakan sebuah masjid, dan menolak dirujuk ke RSUD. Padahal keluhan sesaknya harus diperiksa dokter spesialis.

Sistem JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang sudah sekian tahun berjalan memang menjadi tumpuan harapan masyarakat. Dengan premi yang ringan, masyarakat bisa mengakses pelayanan kesehatan hingga ke rujukan nasional, tanpa biaya tambahan. All free!

Namun kenyataan di lapangan ternyata tak seindah harapan, apa yang dialami Pak Yayat adalah satu di antara ribuan bahkan jutaan kekecewaan tentang JKN. RSUD kelimpungan menangani pasien yang jumlahnya luar biasa, seorang dokter spesialis bahkan harus menangani 100 pasien lebih perhari, dengan jatah waktu tak lebih dari 5 menit sehari. Akibatnya, jelas pemeriksaan tidak bisa paripurna, pasien merasa tidak puas, apalagi dokter: tidak sempat mengedukasi pasien secara lengkap. Beban dokter yang meningkat ini bukan tanpa resiko, sebab individu yang lelah tentu konsentrasinya menurun. Belum lagi antrian berbagai tindakan yang begitu panjang, ini termasuk tindakan bedah, terapi kemo dan radiasi bagi pasien kanker. Semua akibat ini tentunya membuat pasien makin menderita.

Bertambahnya pasien JKN tidak disertai dengan penambahan fasilitas dan jumlah tenaga kesehatan, ini tentunya berpotensi menjadikan pelayanan kesehatan yang substandar. Pasien lah yang paling dirugikan di sini.

Oleh karena itulah, DIB -dokter indonesia bersatu- kembali turun ke jalan hari ini, Senin 29 Februari 2016. Dengan ikat kepala oranye, mereka berjalan dari HI menuju istana. Aksi damai ini dikawal ketat oleh polisi, serta diiringi 3 mobil ambulans.

Ratusan dokter dengan jas putih, sebagian lagi berpakaian jaga ruang operasi ini datang dari berbagai daerah: Jawa Timur, Kepulauan Riau, Sumatera Utara dan daerah lain. Para dokter spesialis, dokter umum, dokter internship, bahkan para koass ini tetap beraksi meski diguyur hujan siang tadi.

Mereka menyampaikan Panca Tuntutan Dokter Indonesia Bersatu, yaitu:
1. Menuntut komitmen politik dan anggaran pemerintah dalam pelaksanaan JKN.
2. Menuntut pemerintah mengutamakan keselamatan pasien dalam era JKN.
3. Menuntut pemerintah untuk menjamin pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
4. Menuntut pemerintah untuk menekan biaya komponen pelayanan kesehatan dengan mendorong produksi dalam negeri serta menghapus pajak barang mewah pada impor alat kesehatan dan bahan baku obat
5. Menuntut pemerintah untuk menjamin perlindungan profesi tenaga kesehatan demi pelayanan kesehatan yang profesional

Tidak ada muatan politik dalam aksi ini, mereka membawa hashtag #JokowiAyoReformasiJKN di sosmed.

Hingga laporan ini ditulis, para utusan DIB masih menunggu bertemu Presiden di dalam istana.

“Kami hanya minta pemerintah melakukan perbaikan sistem jaminan kesehatan nasional (JKN),” kata Ketua Presidium Dokter Indonesia Bersatu (DIB) Yadi Permana, seperti dilansir JPNN.

Mereka seolah tidak mau kalah dengan dokter junior di Inggris yang berdemo memprotes kebijakan NHS (National Health System) -JKN nya Inggris bulan lalu. Bedanya, dokter di Inggris bahkan berani berencana melakukan aksi mogok (strikes) bulan Maret ini.

Exit mobile version