Site icon SuaraJakarta.co

Nur Ihsan Zaidi: PUI DKI Jakarta Harus Jadi Lokomotif Perkembangan PUI di Indonesia

Milad PUI 1911-2011 di Bandung, Jawa Barat. (Foto: PUI)

Milad PUI (Persatuan Ummat Islam) 1911-2011 di Bandung, Jawa Barat. (Foto: PUI)

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Sekretaris Majelis Syuro, Nur Ihsan Zaidi, dalam sambutan pada acara Pembukaan Muswil VII PUI DKI Jakarta Sabtu, 18 April 2015 mengatakan bahwa PUI di Jakarta harus menjadi lokomotif perkembangan PUI di Indonesia.

“DKI Jakarta adalah Ibu kota negara Republik Indonesia dan menjadi barometer semua organisasi masyarakat, termasuk PUI sebagai organisasi kader. DKI harus menjadi lokomotif.” ujarnya.

Dalam perkembangannya, kemunculan PUI di Jakarta telah banyak memberikan kontribusi bagi bangsa dan ummat. Tokoh-tokoh PUI telah banyak menorehkan kerja yang gemilang. Mulai dari mendirikan Masyumi, menjadi anggota BPUPKI dan anggota legislatif (DPR RI).

Mantan Ketua DPW PUI DKI Jakarta ini juga menilai masa depan PUI di Jakarta sangat cerah dengan melihat munculnya kader-kader muda yang muncul. Agar tujuan menjadikan Jakarta sebagai lokomotif organisasi ini di Indonesia, Nur Ihsan Zaidi berpesan agar pengurus DPW PUI Jakarta berkosentrasi penuh pada program-program yang disusunnya terutama bidang kaderisasi. Hal ini sudah didukung dengan konsolidasi internal PUI di Jakarta yang dinilainya sudah mantap.

“Konsolidasi yang bagus itu merupakan starting point dalam menjalankan program-program unggulan PUI ke depan,” ujarnya kembali.

Lanjutnya lagi, menurut Nur Ihsan Zaidi, jika konsolidasi internal sudah demikian solid, maka tinggal bagaimana PUI Jakarta membuat program-program penting dan prioritas. Pimpinan Pusat sangat berharap ada pemikiran-pemikiran baru dari PUI Jakarta untuk memecahkan berbagai solusi, baik solusi untuk internal organisasi maupun untuk kepentingan daerah dan bangsa.

Terakhir, Nur Ihsan Zaidi menyambut baik kehadiran kader-kader muda di PUI Jakarta hari ini. Ia menilai kemunculan kader muda di PUI Jakarta merupakan hasil kaderisasi yang kita lakukan selama ini.

“Tidak boleh kita nafikan bahwa tampilnya anak-anak muda itu patut kita syukuri. Begitu juga kearifan dari kalangan tua untuk menyumbangkan pemikirannya, itu merupakan hikmah bagi PUI Jakrta. Kedua potensi ini saya harap harus saling mengisi.” Dan inilah yang disebut hikmatussyuyukh wa hamasatusyaba pungkasnya.

Exit mobile version