Site icon SuaraJakarta.co

Membangun Kesehatan Mental Anak Melalui Pola Asuh Adaptif

Ilustrasi : Keluarga Muslim (sumber: Freepik)

*) Oleh : Azhar Nabilah, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SuaraJakarta.co, OPINI – “Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pada tahun 2023 mencatat sebanyak 3,547 kasus kriminalitas yang dilakukan anak-anak usia sekolah terjadi] disepanjang kuartal pertama 2023. Jumlah itu meliputi 958 kasus kekerasan fisik, 674 kasus kekerasan psikis, 1,951 kasus kekerasan sosial. Kesehatan mental anak adalah hal utamadalam perkembangan anak karena menentukan kualitas hidup mereka di masa depan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masa kanak-kanak adalah periode kritis dalam pembentukan kepribadian, keterampilan sosial anak dan keterampilan emosional. Pada masa ini pola asuh memiliki peran penting karena cara orang tua mendidik dan berinteraksi dengan anak akan mempengaruhi bagaimana anak berkembang, menyesuaikan diri dengan sekitar serta menghadapi suatu tantangan yang ada.

Berdasarkan data dari Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022, 34,9% remaja Indonesia atau setara dengan 15,5 juta remaja memiliki masalah kesehatan mental. Sementara itu, 5,5% remaja Indonesia atau setara dengan 2,45 juta remaja memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Untuk membantu anak berkembang secara optimal, pola asuh adaptif menjadi solusi yang relevan karena pola ini menekankan pada fleksibilitas, pengertian, dan perhatian terhadap kebutuhan serta kepribadian anak.

The American Association on Mental Retardation (AAMR) mendefinisikan adaptive behavior atau perilaku adaptif sebagai tingkat kemampuan atau keefektifan seseorang individu untuk memenuhi standar kemandirian dan tanggung jawab sosial yang disesuaikan dengan usianya dan dimana ia tinggal. Pola asuh adaptif memungkinkan orang tua untuk memahami kebutuhan setiap anak, sekaligus menyesuaikan pendekatan yang sesuai untuk perkembangan emosi dan sosial anak. Melalui pola asuh yang adaptif, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kesehatan mental yang baik, memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan, serta membentuk karakter anak yang lebih tangguh dan percaya diri.

Pola asuh adaptif adalah pendekatan pengasuhan yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan anak. Pola ini tidak berpegang pada satu metode tunggal, melainkan menyesuaikan cara mendidik berdasarkan situasi, karakter anak, dan dinamika lingkungan. Dalam penerapan pola ini, orang tua dituntut untuk mendengarkan anak, memahami emosinya, dan memberikan bimbingan yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Pola asuh adaptif juga menekankan pentingnya fleksibilitas dalam menerapkan aturan. Misalnya, saat menghadapi anak yang rewel karena kelelahan, orang tua perlu memahami bahwa kebutuhan istirahat anak lebih mendesak dibandingkan menuntut mereka mengikuti jadwal yang kaku.

Pendekatan seperti ini mengajarkan anak bahwa kebutuhan mereka dihargai, tanpa mengorbankan disiplin yang diperlukan. Namun, pola asuh adaptif bukan berarti membebaskan anak sepenuhnya tanpa batas. Orang tua tetap harus memberikan struktur dan arahan, tetapi dengan cara yang menghormati individualitas anak. Dengan begitu, anak belajar tanggung jawab sekaligus merasa diberdayakan. Pola asuh adaptif adalah solusi terbaik untuk mendidik anak pada zaman modern seperti sekarang. Salah satu aspek penting dalam pola asuh adaptif adalah komunikasi yang terbuka. Ketika anak merasa didengar, mereka lebih cenderung terbuka untuk berbagi perasaan atau masalah yang dihadapi. Hal ini menciptakan rasa aman emosional, yang menjadi landasan bagi kesehatan mental mereka. Selain itu, komunikasi yang sehat juga mengajarkan anak untuk mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan cara yang tepat.

Keakraban antara orang tua dan anak merupakan aspek yang krusial dalam merajut kisah kehidupan. Sedari awal kehidupan, bayi mencari kehangatan dan kesejahteraan dari orang tuanya ketika merasa terancam. Ketika remaja, mereka mencari kebersamaan dan dukungan dalam bentuk nasihat saat mereka merasa butuh. Maka, penting sekali bagi orang tua untuk memperhatikan komunikasi. Ketika masa remaja, hubungan orang tua dan anak sangat dipengaruhi oleh kedekatan yang dibangun sejak awal kehidupan anak. Hal ini membantu para orangtua tetap terhubung dengan anak-anak mereka.

Keterasingan sering kali ditandai dengan upaya untuk menghindari serta menolak, yang keduanya sangat berperan dalam pembentukan kedekatan hubungan. Jika rasa kelekatan dirasakan hilang, maka keadaan kelekatan menjadi kurang stabil. Hal ini berasal dari timbulnya perasaan keterasingan, begitu juga ketika seseorang merasa bahwa ada keberadaan sosok kelakatan, kelakatan akan menjadi aman dan terjaga.

Aspek lainnya yaitu memahami karakteristik dan kebutuhan unik anak. Setiap anak memiliki karakter dan kebutuhan yang berbeda-beda. Anak mungkin membutuhkan perhatian lebih dalam bidang tertentu atau merasa nyaman dengan cara komunikasi tertentu. Orang tua yang adaptif selalu berusaha untuk memahami karakteristik dan kebutuhan ini, kemudian menyesuaikan pendekatan dalam mendidik mereka. Memahami kebutuhan unik anak akan membuat mereka merasa diterima dan dipahami, yang pada akhirnya membantu membangun rasa percaya diri dan stabilitas emosional anak. Pola asuh adaptif juga dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan empati; Orang tua yang empatik akan mencoba merasakan apa yang dirasakan anak, terutama ketika anak mengalami kesulitan.

Dengan pendekatan empati, orang tua dapat memberikan dukungan yang tepat tanpa menghakimi, sehingga anak merasa aman untuk mengungkapkan perasaannya. Ketika anak merasa didengar dan dipahami, mereka cenderung memiliki kestabilan emosional yang lebih baik. Orang tua juga harus mampu menyediakan batasan yang jelas dan konsisten karena anak membutuhkan struktur dan batasan yang jelas untuk merasa aman, namun batasan tersebut harus diberlakukan dengan cara yang konsisten dan tidak terlalu ketat. Dalam pola asuh adaptif, orang tua menetapkan aturan yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Dengan memberikan batasan yang tepat, anak akan belajar tentang tanggung jawab dan kontrol diri tanpa merasa terkekang. Pola asuh adaptif juga berarti membiarkan anak belajar dan berkembang dengan mandiri, namun dalam lingkungan yang aman. Orang tua dapat memberikan kesempatan pada anak untuk menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan kecil sendiri, sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan mereka untuk mengatasi situasi sulit di masa depan.

Aspek terakhir adalah dukungan emosional yang stabil, hal ini sangat penting dalam pola asuh adaptif. Orang tua yang konsisten dalam memberikan dukungan emosional membantu anak merasakan stabilitas. Ini bisa berupa dukungan verbal, pelukan, atau waktu berkualitas bersama anak. Ketika anak merasa aman dan didukung, mereka akan lebih mudah mengelola emosi mereka sendiri dan mengembangkan kesehatan mental yang positif.

Lingkungan keluarga yang aman dan positif juga sangat membantu anak dalam perkembangan mentalnya. Orang tua yang mampu mengelola konflik dengan cara yang sehat, menunjukkan kasih sayang, dan menghindari perilaku negatif seperti kekerasan akan menciptakan suasana yang kondusif bagi kesehatan mental anak. Pola asuh adaptif akan membentuk lingkungan di mana anak merasa dicintai, aman, dan dihargai.

Dalam jangka panjang, pola asuh adaptif berkontribusi pada pembentukan anak yang tangguh secara emosional. Mereka tumbuh menjadi individu yang mampu menghadapi perubahan, mengelola stres, dan membangun hubungan sosial yang sehat. Di sisi lain, pola ini juga mendukung orang tua untuk terus belajar dan beradaptasi, menjadikan proses pengasuhan sebagai perjalanan yang penuh makna. Membangun kesehatan mental anak membutuhkan komitmen dan kesabaran. Dengan pola asuh adaptif, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional anak secara optimal. Pada akhirnya, pola ini tidak hanya menguntungkan anak, tetapi juga memperkuat hubungan keluarga yang harmonis.

Pola asuh anak adalah hal penting yang harus diperhatikan sebelum menikah. Karena polah asuh yang salah akan menimbulkan kerusakan mental dan perilaku pada anak. Kesehatan mental anak adalah aspek penting yang perlu dijaga dan dikembangkan oleh setiap orang tua. Kesehatan mental yang baik akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, dan mampu menghadapi tantangan hidup. Pola asuh yang salah dapat menimbulkan kerusakan mental pada anak, pola asuh adaptif salah satu solusi terbaik untuk membentuk karakter anak yang tangguh dan mandiri. Dengan penerapan pola asuh adaptif dikehidupan sehari-hari diharapkan anak-anak mampu mengembangkan kesehatan mental yang baik, memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan, serta membentuk karakter yang lebih tangguh dan percaya diri. [***]

Exit mobile version