Site icon SuaraJakarta.co

Lewat Puisi, Penyair Indonesia Dukung Kemerdekaan Palestina

(Foto: Iman/SuaraJakarta)

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Penyair Indonesia punya cara sendiri dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Biasanya, selama ini, masyarakat Indonesia dukung Palestina lewat pawai atau agenda kolosal berupa unjuk rasa, namun di era Pemerintahan Jokowi, cara yang dilakukan berbeda.

Tampak 20 (dua puluh) tokoh Indonesia berkumpul di Taman Ismail Marzuki, Kamis (24/8) malam untuk menentang penjajahan Israel yang semakin brutal terhadap warga Palestina. Mereka berkumpul bersama ratusan warga Jakarta yang hadir dalam malam berjudul “Doa Untuk Palestina” itu.

Yang disuarakan bukan sekadar karena persoalan agama, tapi berkaitan dengan persoalan kemanusiaan dan hak kemerdekaan bagi seluruh warga bangsa, tak terkecuali bagi warga Palestina.

Maka, Gus Mus membuka parade pembacaan puisi tersebut dengan menyebutkan alinea pertama Pembukaan Konstitusi UUD 1945,

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,” jelas kyai pesohor dari kalangan NU tersebut.
Gus Mus seakan ingin menegaskan bahwa penjajahan Israel yang semakin brutal dengan menyerang Masjid Al-Aqsha, memasang pemindal metal, bahkan hingga menembaki warga Palestina yang sedang sholat Jumat, adalah tindakan keji dan seharusnya tidak terjadi di dunia yang penuh perdamaian saat ini.

“Ketegangan dalam kasus ‘pemindai metal’ ini merupakan babak baru dalam konflik Israel-Palestina, yang sudah berlangsung sejak berdirinya negara Israel 1948 dan dikuasainya Komplek Masjid Al-Aqsha oleh Israel. Dan dalam kurun waktu 70 tahunan tersebut kekerasan demi kekerasan terus terjadi, dengan korban utama rakyat Palestina,” jelas pernyataan pers yang dituliskan.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Penyelenggara Ulil Abshar Abdalla menyebutkan, 20 tokoh yang hadir membacakan puisi adalah sepenuhnya bukan seorang penyair. Ada yang berasal dari Pakar Hukum Tata Negara Prof Mahfud MD), Ahli Tafsir Prof Quraish Shihab, hingga pembawa acara kenamaan Najwa Shihab.

Puisi-puisi yang dibacakan pun sebagian besar adalah karya Samih Al-Qasim, penyair Nasrani berdaerah Palestina, tapi gigih memperjuangkan hak-hak sipil warga Palestina dan melawan kebijakan Israel.

Beberapa puisi yang dibacakan dalam kesempatan itu berjudul ‘Darah di Telapak Tangan’ yang dibawakan oleh Mahfud MD, dan ‘Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu?’ yang dibawakan oleh penyair senior Taufik Ismail.

Selain nama yang disebutkan di atas, hadir pula penyair lain seperti Joko Pinurbo, Jose Rizal Manua, Fatin Hamamah, Acep Zam-Zam Noor, Inayah Wahid, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Renny Jayusman, dan sebagainya.

Adanya pembacaan puisi ini, sekaligus menandakan babak baru sejarah Indonesia yang tidak melulu membela Palestina melalui aktivitas unjuk rasa (hard power), tapi bisa disuarakan dengan cara yang sangat halus. (IMAN)

Exit mobile version