Langkah Kehidupan Anak Serdadu Menjadi Lurah Kebon Kosong

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Dwi Sigit Haryono anak serdadu yang saat ini menempati kursi Lurah Kebon Kosong. Sigit begitu panggilan akrab pria kelahiran Semarang, 21 Maret tahun 1975.

Ia dibesarkan di Semarang. Ayahnya pensiunan Serdadu Angkatan Darat, Bek Ang berpangkat Peltu (pembantu Letnan Satu).

Sigit merupakan 3 bersaudara. Kakak pertama dan adiknya bekerja di perusahaan swasta disemarang.

Alumni SMA I Unggaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ini lulus di tahun 1993.

Cita-cita Sigit ingin menjadi insinyur Pertanian. Namun ia mengurungkan niatnya untuk menggapai harapan itu karena terkendala masalah biaya karena   saat itu ayahnya pensiun.

Sigit mengaku termotivasi karena kondisi ekonomi orang tua yang saat itu pensiun dan serba kekurangan biaya, ia akhirnya mencari sekolah ikatan dinas tanpa dipungut biaya.

Sigit pernah mengikuti tes UMPTN untuk ke jenjang universitas pada tahun 1993, tapi tidak berhasil.

BACA JUGA  Kenalan Yuk Dengan Dewan Kota Jakarta Pusat Periode 2013-2018

“Banyak saingan dan waktu tes tidak berhasil”, ujarnya.

Setelah itu, Sigit mengikuti pendaftaran STPDN lewat dari Semarang. “Hampir 4 tahun saya dididik di Jatinagor Kabupaten Sumedang, Jawa Barat”, ungkap Sigit.

Di tahun 1997, Sigit ditugaskan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah sebagai staf.

Pada tahun 2005, ia dipindah tugas ke Jakarta ditempatkan di Biro Adwil sebagai staf sampai tahun 2008.

“Di bulan Juli tahun 2008, saya dipercaya pimpinan untuk menempati posisi jabatan sebagai Wakil Lurah Gunung Sahari Utara hingga pada bulan Juli tahun 2013. Saya dilantik sebagai Lurah Gunung Sahari. Utara”, ucapnya sambil tersenyum.

Dari wilayah GSU pindah Kebon Kosong, pada tanggal 02 Januari tahun 2015, ia dipindah tugas  untuk menempati jabatan Lurah Kebon Kosong.

BACA JUGA  Perjalanan Roda Kehidupan Arby Sebagai Lurah Harapan Mulia

“Jabatan itu amanah. Saya tidak pernah mengejar jabatan. Tapi saya tetap bekerja sesuai tupoksi”, ucapnya.

Sigit menambahkan, jabatan merupakan sebagai tempat untuk pengabdian dan suatu penghargaan dari pimpinan terhadap dirinya.

“Kepercayaan itu harus diterima dan dijalani dengan semaksimal mungkin, walaupun hasilnya tidak maksimal yang terpenting saya sudah berupaya”, ujar pria yang saat dikaruniai 2 orang anak dari istri tercinta, Tri Saptanti yang juga merupakan Wakil Camat Kecamatan Makassar, Jakarta Timur.

Sigit mengaku, pesan orang tua yang selalu diingat adalah.” Belajar yang rajin dan tekun karena bapak tidak bisa ngasih apa-apa hanya memotivasi dengan pendidikan sehingga kamu menjadi anak yang pandai dan menjadi yang orang jujur”, tutur Sigit menutup perbincangan. (Ivan)

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles