Oleh: Andi Mapperumah (Pemerhati Masalah Sosial dan Politik)SuaraJakarta.co, JAKARTA – Saya suka dengan Fahri. Politikus hebat, pemberani, dan kritis. 5 tahun ke depan DPR mungkin sunyi tanpa dia.Terlebih melihat komposisi pimpinan DPR periode 5 tahun ke depan bukanlah politisi pembuat berita. Periode lalu ada Fahri dan Fadli Zon yang membuat balai rakyat itu selalu penuh riak dengan diksi dan narasi politik merespon situasi yang berkembang.Fahri punya prinsip kuat. Tak mudah didikte. Apa yang menurutnya benar, ia sampaikan dengan argumentatif. Siap dan melayani debat siapapun. Ia politisi berkarakter. Disukai kawan disegani lawan. Kehadirannya di atas panggung diskusi politik selalu ditunggu oleh pendukung setianya maupun oleh pembencinya. Diksi, narasi, dan intonasi suaranya punya kekhususan tersendiri yang membedakan dengan politisi lainnya.Fahri tampil membawa langgam dan ciri khas anak muda yang lahir dan besar dari dunia pergerakan mahasiswa. Meski telah menjadi pejabat, ia tak menjaga jarak. Egaliter dengan siapapun. Merajut hubungan humanitas secara equal, setara. Sebagaimana politisi lainnya, Fahri dipuja dan dibenci banyak orang. Ini memang hukum sejarah, di manapun di belahan dunia ini. Bedanya, ia tak pernah silau dan besar kepala oleh pujian. Begitu juga ia tak marah oleh kritikan bahkan cacian kepadanya.Fahri politikus yang selalu menjadi sumber berita. Pernyataannya tajam berisi. Wartawan senang mewawancarai karena omongannya lepas tanpa basa basi dan berputar-putar. Ia juga menggunakan media sosial untuk memasarkan ide dan pemikirannya. Rasanya tak ada politikus paling aktif-interaktif di media sosial, selain Fahri. Saya menyempatkan diri hadir pada peluncuran bukunya beberapa waktu lalu. Buku yang merupakan kompilasi kicauannya di Twitter antara 2010 hingga 2019.Lewat Twitter, Fahri menyalurkan ide dan pendapatnya terhadap situasi aktual yang terjadi. Followernya saat ini 1,2 juta. Banyak yang suka tweet-nya. Tak sedikit juga yang benci dan menyerangnya, dari bahasa halus hingga bahasa kasar. Namun tak ada satupun akun yang ia block. Fahri sadar sebagai politisi, selain disukai banyak orang, juga tak sedikit orang tak suka. Ia bukan politisi tipis telinga dan gelap mata. Meski terlihat marah bahkan terkadang ngamuk kalau bicara, tapi itulah dia; sebagai cara untuk menunjukkan ke publik tentang apa yang ia sampaikan itu benar.Terlepas dari semua itu, Fahri juga merupakan sosok yang kontroversial. Sikapnya terhadap KPK misalnya, ia setuju revisi UU KPK. Bahkan, melalui tangannya revisi UU KPK diketok dan disahkan di sidang paripurna DPR yang dipimpinnya. Sikap Fahri yang setuju revisi UU KPK berlawanan dengan arus besar yang berkembang yang menolak revisi tersebut. Munculnya gelombang aksi unjuk rasa mahasiswa besar-besaran yang terjadi beberapa hari terakhir dipicu oleh disahkannya Revisi UU KPK menjadi UU. Tuntutan mahasiswa menolak UU KPK dan mendesak pemerintah mengeluarkan Perppu KPK.Sejalan dengan tuntutan mahasiswa, para netizen, pegiat anti korupsi, dunia kampus, kaum intelektual dan profesional, serta berbagai lembaga dalam masyarakat menuntut pemerintah agar mengeluarkan Perppu KPK sebagai cara menyelamatkan KPK dari kelumpuhan fungsi dan kewenangan. Revisi UU KPK menjadikan perilaku koruptif kian berkecamba — tumbuh subur.Fahri memang dikenal sedari awal konsisten mengkritik KPK. Bahkan, secara sarkastis mengatakan jika seandainya dia adalah presiden maka akan mengeluarkan Perppu pembubaran KPK. Bagi Fahri, KPK tidak sungguh-sungguh independen dalam bekerja. KPK membidik orang atas dasar like and dislike. Menangani perkara secara tebang pilih atau pilih tebang. KPK menjadi alat politik. Hal ini yang membuatnya marah dan geram. Mungkin atas dasar itu mengapa kemudian Fahri setuju Revisi UU KPK. Pertanyaan kemudian, apakah dengan revisi tersebut bukannya justru memperparah kinerja KPK sebagaimana yang menjadi kritikan dan kegelisahan Fahri? Wallahu a”lam.Fahri hari ini adalah Fahri yang lahir dari rahim gerakan mahasiswa. Sebuah gerakan panjang yang mengkritisi jalannya kekuasaan rezim Orde Baru yang sarat akan kolusi korupsi dan nepotisme (KKN). Pada akhirnya gerakan itu berhasil memaksa Soeharto turun dari puncak kekuasaan.Kini, gelombang besar aksi unjuk rasa mahasiswa muncul lagi karena potensi korupsi yang sungguh mengkhawatirkan dengan revisi UU KPK yang melemahkan KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi yang lahir sebagai amanat gerakan reformasi yang diusung mahasiswa. Harusnya Fahri tetap berdiri di sini pada sumbu gerakan yang sama untuk sama-sama memastikan keberlangsungan agenda pemberantasan korupsi tetap berjalan di era reformasi.Apabila Pemerintah tidak menerbitkan Perppu KPK dan membiarkan UU KPK hasil revisi berlaku, maka dikhawatirkan unjuk rasa rasa mahasiswa dan desakan protes publik akan terus berlangsung, dan situasi ini bisa memburuk dan mengancam stabilitas negara. Lebih parah lagi akan membahayakan posisi Jokowi sebagai presiden.Pada akhirnya kita harus mengerti bahwa setiap orang punya sikap dan pandangan yang tak selalu sama. Kita menghormati pilihan yang berbeda sebagai cara hidup berdemokrasi yang menghargai kebebasan berpendapat.Fahri punya prinsip yang tak bisa didikte atau dipengaruhi. Ia berani mengambil risiko tidak popular atas pilihan yang ia yakini benar. Meski banyak pihak menyayangkan saat terjadi bencana legislasi nasional dengan beragam RUU yang bermasalah, mengapa Fahri mengambil pilihan berbeda yang justru dilakukan di ujung pengabdiannya sebagai anggota parlemen.Orang boleh setuju dan tidak setuju dengan Fahri. Orang boleh berpendapat sama dan boleh tidak sependapat. Fahri sudah menunjukkan maqom politiknya yang berkelas di puncak peradaban politik Indonesia hari ini. Fahri adalah icon politikus yang membawa hati dan pikiran sehatnya saat menjabat. Terhadap sikap politik yang ia ambil tentu sudah dipikirkan segala risiko politiknya.Kini, Fahri sudah mengakhiri tugasnya di Parlemen. Banyak pendukung setianya berharap ia tidak tergiur tawaran masuk kabinet atau tawaran menjadi duta besar sebagaimana kabar yang berkembang. Harapan besar agar Fahri tetap berjuang di luar kekuasaan sembari membesarkan partai baru yang ia dirikan, Partai Gelora. Semua berpulang pada Fahri. Politik adalah seni segala kemungkinan.Pastinya, Fahri punya perahu politik bernama Partai Gelora, metamorfosis dari Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI). Wadah politik baru tempat ia leluasa mengekpresikan dan memperjuangkan misi dan visi politik bagi kebaikan Indonesia ke depan. Fahri masih muda tak boleh menepi dari politik. Gelora adalah panggung baru baginya untuk meng-orkestra dinamika politik Indonesia yang demokratis dan berkeadaban.Di ujung tulisan ini saya ingin mengutip potongan puisi Fahri dalam buku kumpulan twitnya. Puisi ini menarik untuk mengingatkan kita semua termasuk Fahri sendiri tentang sebuah kebenaran.”Kalau harus memilih antara berkata benar atau menghibur orang, pilihlah berkata benar karena kebenaran tetap, sementara sikap orang berubah. Ada banyak yang terluka oleh kata yang benar tetapi luka itu akan sembuh oleh keikhlasan. Baik bagi yang berkata atau yang mendengar”.