SuaraJakarta.co, JAKARTA – “Serangan asing begitu dahsyat merenggut aset-aset nasional, mulai dari perbankan, pertambangan, operator selular dan penguasaan asing terhadap lahan-lahan di Indonesia. Belum lagi impor beras, daging sapi, kedelai, sampai-sampai garam pun di impor. Ada apa dengan Indonesia?” ujar Valentino Dinsi mengawali pembahasan grand seminar Indonesia Berdaya.
Hal itu menjadi salah satu alasan para motivator bergagas untuk kembali merebut hak rakyat Indonesia yang dikuasasi asing saat ini. Selain itu, mereka mulai gerah dengan produk-produk milik asing.
Tadi malam, gagasan para motivator itu dimulai dengan grand seminar Indonesia Berdaya dengan tag line Kebersamaan dan Kebermanfaatan untuk Indonesia yang digelar di gedung Jakarta Design Center, Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Gerakan Indonesia Berdaya itu dipelopori oleh sejumlah nama yang menginspirasi, mulai dari motivator, selebriti, aktivis social dan pemuka agama. Di antaranya Abdul Haque, Abu Marlo, Adam Nova, Ahmad Fuadi, Ahmad Gozali, Ali Akbar, Andre Raditya, Aryo Diponegoro, Arif Rahman Lubis, Badroni Yuzirman, Cak Eko, Dude Harlino, Endy Kurniawan, Erwin Snada, Fahira Idris, Felix Siauw, Habiburrahman Elshirazy, Halal Corner, Hendy Setiono, Indra Noveldy, Ippho Santosa, Irzan Nurman dr, Iwan Agustian, Iwel Sastra, Jafrial Jasman, Jamil Azzaini, Jaya Setiabudi, Marshanda, Mas Mono, MotivaTweet, Muhammad Assad, Muhammad Rofiq, Nanang Qosim (Naqoy), Nasrullah, Nuri Maulida, Opick, Peggy Melati Sukma, Prasetya M Brata, Reza Nurhilman,Reza Syarief, Samsul Arifin, Saptuari Sugiharto, Teuku Wisnu, Valentino Dinsi, WebmasterID, Yusuf Mansur, Zaidul Akbar.
Sesi pertama dalam grand seminar itu membahas tentang ‘Waspadai serangan asing’ yang dibahas oleh beberapa motivator, di antaranya Valentino Dinsi, Aryo Diponegoro, Hendy Setiono, Mas Mono, Cak Eko dan dimoderatori oleh Peggy Melati Sukma.
Valentino Dinsi yang mengawali pembahasan ini mengemukakan perlunya langkah strategis untuk menyelamatkan Indonesia terhadap serangan asing.
Menurut Valentino, kepemilikan asing di Indonesia bisa direbut dengan cara membeli kembali apa yang dikuasai asing. Dengan cara apa? Valentino menjelaskan, melalui gerakan Indonesia Berdaya, semua bekerja bersatu untuk merebut milik umat yang saat ini dikuasai asing.
“Caranya bersatu mengajak semua orang untuk melakukan sedekah bersama yang diarahkan untuk pembelian aset menguntungkan dan lahan-lahan priduktif, yang hasilnya 100% untuk anak-anak yatim di sekitar aset tersebut,” kata Valentino.
Namun, kata Valentino semua itu juga harus bersinergi antara pengusaha dengan yang lainnya. “Saat ini pengusaha harus berkontribusi besar untuk kesejahteraan Indonesia.” Katanya.
Di tempat yang sama, pemilik Kebab Baba Rafi, Hendy Setiono mengatakan sebagai pelaku UKM, sangat miris melihat brand-brand asing di Indonesia. Untuk itu, dirinya juga siap untuk merebut kembali apa yang dimiliki Indonesia sebelumnya.
“Makin banyaknya serangan asing, kami Baba Rafi siap menghadang serangan asing,” ujar Hendy seraya mendapat banyak tepuk tangan dari peserta seminar.
Selain para motivator, hadir juga sebagai panelis Ustadz Reza Nurhilman. Ustadz Reza mengatakan, yang paling penting bagi pengusaha saat ini adalah kita harus kaya, tapi jangan memperkaya diri sendiri.
“Mari kita bantu orang miskin lebih banyak lagi,” ujar Ustadz Reza menutup pembicaraan itu.
Pada sesi kedua, seminar diisi oleh pembicara-pembicara yang tak kalah menarik. Di antaranya Endy Kurniawan, Jamil Azzaini, Jaya Setiabudi, felix Siauw, Muhammad Assad, Ippho Santosa, dan hadir juga di tengah mereka Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa Republika, Ahmad Djuwaini dan dipandu oleh Marshanda.
Di ujung acara, ustadz yang sangat terkenal dengan sedekahnya juga datang, yakni Yusuf Masur. Kepada peserta seminar Yusuf Mansur mengajak untuk bersama-sama bersedekah. Tujuannya untuk merebut dan membeli aset-aset yang dikuasi asing untuk kepentingan ummat.